Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Warga Depok dan ART-nya Cegah Virus Corona, Pangkas Waktu Kerja dan Jaga Kebersihan

Kompas.com - 27/03/2020, 16:04 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tak bisa dilawan seorang diri, dibutuhkan sikap saling peduli dan gotong royong dalam menghadapi pandemi tersebut.

Prinsip itu yang dipegang seorang warga Depok, Jawa Barat, bernama Eva dalam menghadapi ancaman covid-19. Karena itu, dia memangkas waktu kerja asisten rumah tangganya (ART) di tengah mewabahnya virus corona.

Keputusan itu diambil guna memberikan rasa aman dan peduli terhadap kedua belah pihak. 

Eva mengatakan, dia masih beberapa kali keluar rumah untuk belanja kebutuhan pokok. Sementara, ART-nya tidak tinggal bersama dia sehingga dia tidak tahu aktivitas ART itu dan keluarganya di rumah.

Baca juga: Cegah Covid-19, Pasar Tanah Abang Ditutup Sementara, Kecuali Blok G

Karena itu, dia memutuskan membatasi dan memangkas waktu kerja si ART demi saling menjaga kesehatan masing-masing.

"Supaya saling menjaga juga, saya juga masih harus keluar rumah untuk belanja mingguan. Dia (ART) mempunyai anak kecil. Katanya kita juga bisa menjadi carrier (virus corona) ya, nah itu juga saling menjaga. Supaya dia juga enggak sering-sering keluar rumah walaupun rumah dia dekat dari rumah saya," kata Eva saat dihubungi, Jumat (27/3/2020).

Eva menjelaskan, ART-nya biasanya bekerja enam hari seminggu pada pagi dan sore hari. Sejak virus corona mewabah, dia meminta ART-nya datang ke rumahnya sekali dalam dua hari pada pagi hari saja.

"ART saya itu kerjanya 6 hari biasanya. Saya berikan libur hari Sabtu atau Minggu. Dia biasanya datang pagi jam 05.00, langsung kerja sampai jam 08.00, kemudian dia pulang," ungkap Eva.

"Kemudian sore datang lagi untuk menemani anak-anak karena saya mempunyai usaha bimbel (bimbingan belajar). Semenjak ada kasus ini, akhirnya saya meminta dia datang pagi aja dan datang dua hari sekali," lanjutnya.

Tak Ada Pemotongan Gaji

Eva menyatakan tak ada pemotongan gaji walaupun dia memangkas waktu kerja sang ART.

Alasannya, semua orang terdampak pandemi covid-19 termasuk masyarakat yang tak memilili penghasilan tetap.

Menurut Eva, ART-nya tetap harus memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah penyebaran virus corona.

"Saya melihat kondisinya kan dialami bersama (memerangi penyebaran virus corona), apalagi jenis pekerjaan ART ini kan enggak tetap, bukan kayak sektor formal yang enggak akan berkurang (gajinya). Jadi, saya memutuskan tetap gajinya (tidak ada pemotongan)," ujar Eva.

Untuk mengantisipasi penyebaran virus corona, Eva selalu meminta si ART membersihkan tangan dan kaki menggunakan sabun sebelum mulai bekerja.

"Saya bilang ke dia, minta tolong kalau sampai rumah sini atau rumahnya, cuci tangan dan kaki sebelum masuk," kata Eva.

Baca juga: Mulai Jumat Besok, Depok Town Square Tutup hingga 9 April

ART itu turut menjaga kebersihan diri demi mencegah penularan virus corona. Dia selalu membawa baju ganti dan memutuskan mandi terlebih dahulu sebelum mulai bekerja.

"Jadi begitu dia datang, dia langsung masuk kamar mandi, ganti baju, mandi, kemudian dia cuci bajunya dan langsung dijemur," ungkap Eva.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com