Khaidir kembali bebincang dengan Anton. Kali ini dia mencetuskan ide agar Anton membuat ventilator.
“Tapi dia enggak kasih tahu caranya, dia cuma bilang kalau alat ini berguna dan di sini (Indonesia masih sedikit, Jadi saya yang cari tahu caranya,” ucap Anton.
Anton kemudian menyelami dunia maya guna mencari cara membuat ventilator dengan bahan yang sederhana, mudah, terjangkau, dan tidak menghilangkan fungsinya.
Dalam perjalananya, Anton akhirnya bergabung dengan forum berskala internasional yang bergerak di bidang pembuatan alat kesehatan. Di forum inilah Anton mendapatkan informasi dan peralatan yang digunakan untuk merakit alat ventilator.
“Jadi saya mendapat blueprint untuk membuat ventilator. Ini blueprint-nya sama dengan apa yang sudah dibuat di Barcelona dan sudah diproduksi massal di sana. Jadi kami pastikan ventilator ini sesuai dengan standar kesehatan,” jelas dia.
Baca juga: Kematian Meningkat, Dokter Berusaha Tak Pakai Ventilator untuk Covid-19
Selama pembuatan ventilator tersebut, sudah banyak yang Anton korbankan. Mulai dari waktu, tenaga, hingga uang tabungan pribadi.
“Saya pakai uang pribadi saya. Sejauh ini sudah habis sebanyak Rp 30 juta. Mungkin kalau alatnya sampai selesai bisa sampai Rp 40 juta,” ungkap dia.
Tidak jarang Anton kesulitan dana dalam proses pembuatan ventilator. Alhasil, dia harus putar otak untuk cari bahan yang terjangkau.
"Saya cari speedometer harganya ratusa juta. Wah enggak kuat, akhirnya enggak jadi. Saya cari mannequin paru-paru harganya Rp 14 juta. Akhirnya saya minta tolong ke teman, dibikinin, dan harganya turun jadi Rp 3.000.000,” ujarnya.
Namun, bagin Anton, puluhan juta yang sudah ludes akan terbayar lunas jika alat tersebut berfungsi dengan baik. Terlebih jika lolos uji kelayakan dari Kementerian Kesehatan. Sepeser pun keuntungan tidak ada yang dia harapkan dari setiap ventilator buatannya.
Kini ventilator yang dia buat sudah mencapai 85 persen, kemungkinan minggu ini ventilator miliknya sudah selesai.
Baca juga: Pabrik Motor Indonesia Siap Bantu Produksi Ventilator untuk Pasien Corona
Jika alat ini sudah dinyatakan layak oleh Kemenkes, Anton akan menyerahkan produksi massal ke pihak ketiga.
“Rencana saya mau gandeng pihak BUMN yang punya tenaga produksi lebih besar atau mungkin pihak swasta. Sampai ini bisa dipakai dan diproduksi berarti kerja saya sudah selesai,” tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.