"Yang kedua ada sidik jari di gelas dan botol yang katanya tidak bisa diperoleh," kata Novel.
Baca juga: Novel Baswedan Sebut Sejumlah Kejanggalan Penyidikan Polisi Dalam Kasus Penyiraman Air Keras
Gelas dan botol itu diyakini sebagai alat yang digunakan para pelaku untuk membawa dan menyiramkan air keras ke arah muka Novel.
Kemudian, menurut Novel, ada sejumlah intimidasi yang dilakukan penyidik terhadap para saksi yang dimintai keterangan.
Kejanggalan terakhir adalah adanya bukti IT yang tidak digunakan dalam pembuktian kasus tersebut.
"Saya pernah berkomunikasi dengan perwira menengah di Densus 88 yang mengatakan bahwa bukti itu telah diambil seseorang, tapi bukti itu tidak pernah dibahas lebih lanjut," ucap Novel.
Novel mengaku sudah pernah melaporkan kejanggalan tersebut kepada Komnas HAM. Dari hasil penyelidikan, Komnas HAM kemudian mengeluarkan rekomendasi.
Rekomendasi tersebut lalu diserahkan Novel kepada masing-masing hakim di akhir kesaksian.
Kecurigaan Iwan Bule
Novel mengaku bahwa Mochamad Iriawan sewaktu menjabat Kapolda Metro Jaya, sempat menyebut nama terduga dalang kasus penyiraman air keras terhadapnya.
Novel mengatakan, Iwan Bule, sapaan akrab Iriawan, menyebut nama orang ketika membesuknya di rumah sakit bersama Ketua KPK saat itu, Agus Raharjo.
"Saya menghubungi Pak Kapolri Tito Karnavian. Dan beliau segera memerintahkan staf jajarannya untuk merespons. Tidak lama saya dihubungi pak Kapolda Metro, dia datang," kata Novel.
"Saat itu beberapa kali menyebut nama orang yang cukup punya pengaruh, Yang Mulia," tambah Novel.
Baca juga: Kata Novel, Iwan Bule Pernah Menyebut Nama Terduga Dalang Penyiraman Air Keras
Keterangan tersebut sempat disela oleh hakim ketua Djuyamto karena pertanyaan yang disampaikan hakim anggota ialah kejadian sebelum penyiraman.
Namun, setelah Novel menjawab pertanyaan tersebut, hakim anggota kembali meminta Novel melanjutkan pernyataan terkait kunjungan Iwan bule.
"Beliau menyesalkan yang terjadi seperti merasa kecolongan. Dan menyebutkan beberapa kali nama orang yang dia sebut jangan-jangan ini," ujar Novel.
Novel menambahkan, Kapolda Metro Jaya kala itu berjanji akan segera menelusuri kasus penyiraman air keras.
Iwan Bule juga mendorong upaya medis yang bisa dilakukan terhadap Novel.
Ragukan motif dua terdakwa
Novel Baswedan meragukan motif dari dua terdakwa, yakni Brigadir Ronny Bugis dan Brigadir Rahmat Kadir, yang menyerang dirinya dengan air keras.
Novel mengaku baru mengetahui motif kedua terdakwa tersebut dari awak media.
"Jika saya menangani perkara korupsi terkait petinggi Polri yang menggunakan dana Korlantas untuk dipakai pribadi, saya tidak melihat ada korelasi anggota Polri yang marah," kata Novel.
Baca juga: Novel Baswedan Ragukan Motif Dua Polisi yang Menyerangnya Pakai Air Keras
Novel menceritakan, setelah KPK menangani kasus korupsi pengadaan simulator SIM di Korlantas Polri tahun 2011, ia justru banyak mendapat apresiasi dari anggota Polri.
Salah satu contohnya ketika menangani kasus di berbagai daerah, Novel mendapatkan pujian.
"Saya juga berhubungan dengan anggota saya yang sebelum-sebelumnya dan mereka berkomunikasi dengan baik," ucap Novel.
Novel kemudian berasumsi, jika yang ia lakukan dianggap mengecewakan institusi Polri, maka ia akan mendapat perlakuan serupa dari anggota Polri lainnya.
Namun, hal itu tak terjadi.
"Apabila saya menindak oknum yang berbuat korupsi, maka seharusnya yang akan khawatir anggota Polri berbuat serupa, atau dia yang memiliki jabatan maka dia akan khawatir sehingga membenci saya," ucap Novel.
Menurut Novel, tak mungkin kekhawatiran seperti itu ada di dua polisi yang berpangkat brigadir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.