JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum dari Rahmat Kadir Mahulette menyebutkan bahwa berdasarkan fakta persidangan, unsur penganiayaan berat terhadap Novel Baswedan tidak terpenuhi.
Dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara itu, kuasa hukum Rahmat menyampaikan bahwa gangguan pengelihatan pada Novel Baswedan terjadi akibat kesalahan penanganan.
"Kerusakan mata korban yang bukan merupakan akibat dari perbuatan penyiraman yang dilakukan oleh terdakwa, melainkan diakibatkan oleh sebab lain yaitu penanganan yang tidak benar atau tidak sesuai," kata kuasa hukum Rahmat Kadir dipantau dari siaran langsung akun YouTube PN Jakarta Utara, Senin (15/6/2020).
Baca juga: Novel Baswedan: Banyak Manipulasi...
"Sebab-sebab lain itu didorong oleh sikap saksi korban sendiri yang menunjukkan tidak kooperatif dan sabar atas tindakan medis yang dilakukan oleh dokter-dokter di rumah sakit," sambung dia.
Mengutip dari keterangan dokter RS Mitra Keluarga yang pernah bersaksi di persidangan, dokter tersebut pernah menguji pandangan Novel dari jarak satu meter sesaat setelah tiba di rumah sakit.
Kala itu, Novel bisa melihat dengan baik tangan dari dokter tersebut.
Baca juga: Novel Baswedan: Saksi Kunci Kasus Penyiraman Air Keras Tidak Diperiksa
Lalu tindakan medis yang dilakukan adalah menyiramkan air murni hingga kandungan asam sulfat pada mata Novel larut atau mencapai pH 7,0.
"Namun ternyata saksi korban mengatakan Rumah Sakit Mitra Keluarga tidak bisa dihandalkan untuk mengobati mata sehingga saksi korban meminta untuk rujuk ke Jakarta Eye Center (JEC)," ucap Kuasa Hukum Rahmat Kadir.
Kemudian kuasa hukum mengutip keterangan dari saksi dokter JEC, Novel seharusnya diobservasi selama 10 hari.
Tapi di tengah masa observasi tersebut, Novel meminta untuk dirujuk ke Singapura atas keinginan keluarga.