Tak hanya bersenang-senang, Harmoni Club juga dijadikan tempat berdiskusi masalah politik dan memamerkan kekayaan. Para bangsawan sering mendiskusikan cara melanggengkan kekuasaan Belanda di Indonesia sembari menikmati santap malam di teras gedung yang dihiasi bunga warna-warni.
Baca juga: Lapangan Monas dari Masa ke Masa, Pernah Jadi Pacuan Kuda
Bangsawan Belanda tak malu mempertontonkan kekayaan mereka. Saat memasuki Harmoni Club, para pengunjung tak pernah menanyakan nama saat menyapa satu sama lain, melainkan menyebutkan nominal gaji mereka per tahun.
"Meener 50.000 gulden secara merendah mengalah terhadap meener 100.000 gulden," begitulah contoh percakapan para bangsawan di Harmoni Club.
William A Hanna dalam buku Hikayat Jakarta pernah menyebut masyarakat kolonial Belanda dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan halus dan tidak pandai bersopan santun.
Seorang warga Inggris bernama Charles Warter Kinloch yang tengah bertamasya ke Batavia pada 1852 juga menggambarkan kehidupan elit para bangsawan Belanda yang glamor.
Baca juga: Cisadane Pernah Punya Angkutan Sungai yang Mengagumkan, Berjasa dalam Pembangunan Batavia
Para wanita bangsawan Belanda dan Eropa di Batavia selalu mengenakan pettycoat yang bagian bawahnya melebar seperti kurungan ayam. Pakaian-pakaian mode terbaru mereka juga didatangkan langsung dari Paris, London, dan Amsterdam.
"Kehidupan elit Eropa dan Belanda di Batavia penuh glamor," kata Charles dikutip dari buku Batavia Kota Banjir.
Oleh karena itu, tak heran jika Harmoni Club menjadi ikon kawasan Harmoni yang sering dikaitkan dengan kawasan elit lainnya di Batavia, seperti Meester Cornelis (Jatinegara), Senen, Pasar Baru, Molenvliet (Jalan Gajah Mada), dan Glodok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.