Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengeroyokan Wasit oleh Klub Tarkam di Bekasi Berujung Jalur Hukum

Kompas.com - 15/07/2020, 07:07 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com -Seorang wasit, Wahyudin (29), dikeroyok beberapa pemain Champas FC dalam sebuah pertandingan antarkampung (tarkam) yang berlangsung di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Minggu (12/7/2020) lalu.

Akibat pengroyokan tersebut, ia menderita nyeri pada punggungnya dan memar di wajah.

Tak terima dengan peristiwa yang menimpanya itu, Wahyudin melaporkan beberapa nama pemain dari Champas FC yang diduga saat itu mengeroyoknya ke Polres Metro Bekasi Kota.

Polisi kini masin menyelidiki kasus pengeroyokan yang menimpa Wahyudin. Berikut fakta selengkapnya:

Berawal dari keputusan offside

Wahyudin mengatakan, awalnya ia menjadi wasit dalam pertandingan tarkam Champas FC dengan Yutaka FC.

Saat pertandingan, ia mengambil keputusan bahwa tim Champas FC terjebak offside di gawang Yutaka FC.

Namun, keputusan tersebut ternyata tak diterima oleh para pemain. Mereka yang tak terima dengan keputusan Wahyudin lantas melakukan pengeroyokan.

Wahyudin langsung dikerubungi dan diinjak secara bersamaan. Dia bahkan tersungkur di tengah lapangan dan tak sadarkan diri.

Baca juga: Video Wasit Dipukul dan Diinjak Saat Pertandingan Tarkam di Stadion Bekasi Viral

“Saya diinjak dari belakang, pas terjatuh saya langsung diinjak-injak hingga saya kurang sadar,” ujar Wahyudin saat dihubungi, Selasa (14/7/2020).

Diakui Wahyudin, dirinya tak mengetahui betul siapa saja yang kala itu mengkeroyoknya. Sebab ada banyak orang yang mengerubungi.

Sempat ditawari uang damai

Di hari yang sama usia pengeroyokan Wahyudin mengakui, tim Champas FC sempat ajak berdamai dengan memberikan uang Rp 300.000.

Tidak hanya itu, tawaran kedua kalinya juga dilontarkan tim Champas FC kepadanya. Bahkan, kata Wahyudin, tawaran tersebut jumlahnya lebih fantastis dari sebelumnya.

“Saya menyatakan itu saya sudah sepakat untuk ke jalur hukum. Dia juga minta awalnya ngucap damai, awalnya minta Rp 5 juta, saya tidak terima. Terus naik lagi Rp 15 juta, Rp 20 juta, saya mikir di situ, saya tidak bisa seenaknya begitu, tidak ada harganya buat saya,” kata dia.

Tolak uang damai

Tawaran uang damai itu ditolak olehnya dengan alasan khawatir nama baiknya, bahkan profesi wasit se-Indonesia tercemar jika menerima sogokan itu, apalagi dirinya telah mengantongi lisensi C2.

Menerima sogokan, kata Wahyudin, akan mempermalukan namanya dan profesi wasit Indonesia. Sebab seorang wasit harus jujur dalam pertandingan.

Baca juga: Wasit yang Dikeroyok di Stadion Bekasi Mengaku Sempat Ditawari Uang Damai

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Keberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Keberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com