JAKARTA, KOMPAS.com - Laporcovid.org menyebut bahwa DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah tes Covid-19 berbasis PCR yang paling tinggi di Indonesia.
Jakarta bahkan disebut sudah melakukan tes masif 4 kali lipat dari standar minimal WHO.
Dengan jumlah ini, angka tes Covid-19 di DKI Jakarta lebih dari 30 persen jumlah tes Covid-19 berbasis PCR yang dilakukan di Indonesia setiap harinya.
Disebutkan pula, rasio tes Covid per satu juta penduduk di DKI lebih banyak hingag 227 kali dibanding daerah lain.
Baca juga: Pemprov DKI Harap Ganjil Genap Bisa Tekan Pergerakan Orang di Jakarta
Hal itu berdasarkan data yang dipaparkan epidemiolog dari LaporCovid-19, Iqbal Elyazar dalam webinar bertajuk "Ketimpangan Tes Covid-19 Indonesia, dari Jakarta hingga Papua", Sabtu (1/8/2020).
Dalam data tersebut, tercatat DKI Jakarta sudah memeriksa 426.004 spesimen (hingga 26 Juli 2020).
"Perbandingan DKI dengan daerah-daerah lain sekitar 3 sampai 227 kali lebih banyak pemeriksaannya (spesimen) per 1 juta penduduk," jelas Iqbal dalam webinar tersebut, Sabtu (1/8/2020).
Baca juga: Sebaran 2.040 Kasus Baru Covid-19, DKI Catat Penambahan Kasus Tertinggi
Mengutip data harian Pemprov DKI Jakarta, proporsi jumlah tes Covid-19 di Ibu Kota pada Jumat (31/7/2020) sebanyak 51 persen angka tes secara nasional.
Dalam data tersebut, Pemprov DKI Jakarta telah memeriksa 5.344 orang, sedangkan total warga yang dites PCR di Indonesia kemarin sebanyak 10.536.
Dalam rentang 21-27 Juli, menurut data BNPB, hanya delapan provinsi yang telah melampaui standar itu.
Selain DKI Jakarta, ada Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Gorontalo, dan Papua.
Sementara itu, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah tes PCR yang paling jauh di bawah standar minimal WHO.
Baca juga: UPDATE 1 Agustus: 1.560 Kasus Baru Covid-19 Tersebar di 26 Provinsi, DKI Tertinggi
"Jakarta memang sudah berlipat-lipat dan sangat tinggi sekali," ujar Agus Wibowo, Kepala Bidang Strategi Penanggulangan Bencana BNPB dalam kesempatan yang sama.
"Kalau kita bandingkan ketimpangan tes, setiap minggunya memang masih Jakarta saja yang sangat berlipat-lipat tesnya, dari minggu pertama, kedua, dan ketiga (Juli 2020). Sangat tinggi dibandingkan total (tes skala) Indonesia. Sangat beda jauh," jelas dia.
"Salah satu yang kita pikirkan solusinya adalah bagaimana kita mungkin memindahkan spesimen-spesimen yang ada di daerah-daerah agar diperiksa di Jakarta," kata Agus.
Penyebab lainnya yakni semakin longgarnya pembatasan aktivitas warga yang berdampak pada semakin tinggi angka penularan di Ibu Kota.
Hal ini terbukti jika melihat angka rasio kasus positif di Jakarta, dari kisaran 3-4 persen sebelum PSBB Transisi, menjadi sekitar 6-7 persen saat ini.
Baca juga: Tes Swab di Vagina untuk Covid-19, Pria di India Ditahan
Itu berarti, sebelum PSBB Transisi ada 3-4 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dari 100 orang yang dites. Kini, ada 6-7 persen orang terkonfirmasi positif Covid-19 dari 100 orang yang dites.
Banyaknya pemeriksaan Covid-19 krusial bagi penanganan pandemi. Semakin banyak jumlah tes, maka kian banyak pasien positif Covid-19 yang ditemukan dan sesegera mungkin diisolasi agar tidak menularkannya ke orang lain.
Apabila pemeriksaan Covid-19 sedikit, maka akan banyak pasien positif Covid-19 yang tak diketahui, sehingga tak dalat diisolasi dan berpotensi menularkannya ke banyak orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.