Virus bisa menyerang siapa saja dan kita tidak tahu sejauh mana tubuh akan bereaksi.
Tak hanya merasakan perjuangan bersama pasien lain melawan Covid-19, Singgih pun melihat perjuangan para tenaga medis dengan jumlah yang terbatas menangani ratusan pasien setiap harinya.
Terhitung enam bulan sudah mereka bertugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), berbentuk jas hujan, kacamata penyelam dan masker tebal N95.
Pemandangan itu mungkin terlihat "biasa" saat ini di tengah pandemi. Namun, cobalah rasakan bagaiman bekerja berjam-jam dengan menggunakan alat pelindung berlapis-lapis itu.
Sulit bergerak tentunya. Tak nyaman, sudah pasti. Apalagi, mereka harus menahan haus, lapar, hingga buang air selama mereka bertugas.
Baca juga: Cerita Penyintas Covid-19: Jangan Kucilkan Pasien Covid-19, Kita Juga Ingin Sembuh
Bahkan saat beribadah pun, pakaian pelindung tak pernah mereka tanggalkan.
"Ketika saya di IGD saya melihat seorang dokter jaga karena tertulis di APD-nya nama dengan gelar dokter di depan namanya duduk di samping tembok, di depannya dia taruh satu kursi sebagai penanda kalau dia akan sholat," ujar Singgih.
Dokter itu kemudian menitip pesan kepada perawat bahwa jika ada yang memanggilnya untuk ditegur.
Dokter perempuan itu kemudian mengusap tembok dan debu suci dilumurkan tipis di muka dan telapak tangannya hingga ke siku.
Baca juga: Cerita Penyintas Covid-19, Termotivasi Semangat Para Tenaga Medis...
"Dia sholat di tempat duduk, menggunakan APD lengkap dengan masker dan kacamata. Saya membayangkan apa yang dikerjakan dokter ini selama dia bertugas di RS hampir 6 bulan terakhir, dia sholat 6 bulan dengan cara begini?" kenang Singgih.
Perawat lainnya pun bercerita bagaimana sulitnya mereka bekerja di balik baju layaknya astronot itu.
"Susah napas kita Pak pakai ini," kata seorang perawat kepada Singgih.
Setelah 7 hari dirawat di RS, Singgih akhirnya diperbolehkan pulang untuk menjalani isolasi mandiri. Dokter menilai kondisi Singgih membaik sehingga bisa dilanjutkan dengan perawatan di rumah.
Protokol kesehatan diterapkan Singgih dengan ketat bersama istrinya, Siti Aminah. Mereka tidur di kamar yang berbeda, segala kebutuhan Singgih untuk makan hingga mandi dipisahkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.