Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemukiman di Kwitang Jadi Sasaran Tembak Gas Air Mata, Ini Penjelasan Polisi dan Lurah

Kompas.com - 14/10/2020, 13:25 WIB
Rosiana Haryanti,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah video merekam momen aparat kepolisian menembakkan gas air mata di area permukiman warga di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat viral di media sosial.

Banyak warganet menyebut masyarakat di sekitar permukiman juga turut terkena dampak dari gas air mata.

Menanggapi kabar ini, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto mengatakan, kejadian itu berlangsung saat massa dari Tugu Tani dikejar oleh petugas.

Massa kemudian masuk dan bersembunyi di area permukiman warga.

"Itu sudah tiga kali, jadi pertama dikejar dia masuk ke perumahan. Kami lewat, keluar lagi bakar-bakar lagi, kami dorong dan masuk situ lagi," ucap Heru saat dikonfirmasi, Rabu (14/10/2020).

Baca juga: Dipukul Mundur Polisi dari Tugu Tani, Massa Kocar-kacir hingga Tutup Jalan Kwitang

Mengetahui hal itu, polisi lalu melakukan penindakan dengan mengejar massa. Beberapa di antaranya diamankan oleh petugas dari jajaran Polda Metro Jaya.

"Diamankan ke Polda," tutur Heru.

Heru tidak menyanggah ketika ditanya soal penggunaan gas air mata untuk menghalau massa.
Menurut dia, hal itu dirasa perlu agar pedemo tidak lagi keluar-masuk area permukiman warga.

Dia juga membenarkan, bahwa warga sekitar turut terkena gas air mata.

Guna menghalau massa, Heru kemudian mengimbau warga untuk tidak menerima maupun menyembunyikan massa pedemo masuk.

Baca juga: Massa Perusuh Bakar Barang di Tengah Jalan Kwitang, Dipadamkan Marinir

Lurah Kwitang Rasimun juga membenarkan ada warga yang terkena gas air mata. Dia mengatakan, saat pengejaran banyak warga yang keluar rumah untuk melihat kejadian itu.

"Warga kalau polisi ramai kan tetap penasaran. Jadi bercampur dengan warga, otomatis warga ada yang kena air mata juga," kata Rasimun.

Setelah itu, Rasimun menenangkan dan meminta warga untuk masuk kembali ke dalam rumah.

Pihaknya juga melakukan penyisiran. Massa yang bukan merupakan warga Kwitang diusir dan tidak diperbolehkan bersembunyi di area permukiman.

"Kami lakukan pengamanan termasuk menjaga wilayah, termasuk juga warganya biar enggak terpancing anarkis. Kami bekerja sama dengan Pak Camat, Pak Sekda, Wakil Camat, dan polisi di sekitar," ucap Rasimun.

Baca juga: Detik-detik Pecahnya Kerusuhan di Monas, Berawal dari Kehadiran Massa Tanpa Identitas

Aksi penolakan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masih terus bergulir.

Gelombang unjuk rasa kembali digelar kedua kalinya pada Selasa (13/10/2020) kemarin di sejumlah titik Jakarta Pusat, yakni Patung Arjuna Wiwaha (Patung Kuda), Harmoni, dan Istana Negara.

Unjuk rasa tersebut dilakukan oleh Persatuan Alumni (PA) 212 dan beberapa ormas lainnya.

 

Namun jelang akhir unjuk rasa, datang sekelompok massa berbeda yang mulai bersikap anarkistis. Bentrokan dengan petugas gabungan TNI-Polri yang mengawal jalannya aksi demonstrasi pun tak terhindarkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com