JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penjambretan pesepeda yang terjadi di Ibu Kota tak hanya menimpa masyarakat biasa, tetapi juga artis hingga anggota marinir. Umumnya, para pelaku beraksi jalan-jalan protokol.
Kriminolog Adrianus Meliala mengatakan, lokasi yang ramai justru memudahkan pelaku penjambretan melakukan aksinya.
Sebab, modus pelaku penjambretan adalah grab and run atau merampas kemudian lari.
Hal ini membutuhkan dua unsur, yakni kecepatan serta dadakan. Unsur dadakan, diperoleh dari situasi yang ramai.
"Unsur dadakan diperoleh dari situasi yang ramai, di mana orang tidak mengira atau menduga akan ada penjambretan," ujar Adrianus kepada Kompas.com, Minggu (1/11/2020).
Baca juga: Hampir Jadi Korban Begal, Pesepeda Ini Putuskan Tak Lapor Polisi
Situasi yang ramai juga membuat orang-orang lebih memilih saling menunggu untuk menolong. Pada akhirnya, banyak orang yang memutuskan untuk tidak menolong korban.
Sedangkan unsur kecepatan, diperoleh dari penggunaan sepeda motor. Kendaraan ini dimanfaatkan oleh pelaku karena cepat dan dapat masuk ke jalan sempit atau gang-gang perumahan.
Sementara jika berada di tempat sepi, faktor penentunya adalah ketidakmampuan korban untuk bereaksi secara cepat. Di lokasi sepi, pelaku biasanya memilih korban wanita atau anak-anak.
"Kalau di tempat sepi, maka faktor korban yang tidak agile biasanya menjadi menentukan," ucap Adrianus.
Ada pula penyebab lain, yakni perilaku gaya hidup para pesepeda. Dia mengatakan, saat bersepeda, mereka kerap melakukannya sambil menelepon atau menempatkan handphone pada setang sepeda.
Tak hanya itu, pesepeda juga kerap menyimpan gadget mereka di kaos belakang dan terlihat oleh pelaku.
Baca juga: Pesepeda Hendak Dibegal di Kembangan, Ini Kronologinya
"Hal-hal tersebut menarik perhatian pelaku untuk beraksi," tutur Adrianus.
Dari catatan Kompas.com, kejahatan terhadap pesepeda belakangan ini terjadi di kalan-jalan protokol di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, yakni di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Lapangan Tembak Senayan, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Rasuna Said, hingga Jalan Medan Merdeka Barat.
Pada Minggu (18/10/2020) sekitar pukul 07.30 WIB, pembegal dengan sepeda motor memepet Anjasmara. Pembegal memegang baju Anjasmara yang saat itu sedang bersepeda.
Kisah lain dialami oleh TL, seorang karyawan swasta yang tengah bersepeda dengan teman-temannya di sekitar Bundaran HI pada Selasa (20/10/2020).
Korban lain, RK, seorang pekerja di Jakarta juga menjadi korban begal persis di depan Lapangan Tembak Senayan, Minggu (18/10/2020) sekitar pukul 10.00 WIB.
Korban lainnya, Galih mengalami pembegalan saat menggowes sepeda di kawasan Kuningan.
Terakhir, seorang anggota marinir nyaris menjadi korban penjambretan pada Senin (26/10/2020) pagi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.