Tantangan terakhir adalah banjir akibat permukaan laut yang meninggi di kawasan yang permukaan tanahnya lebih rendah.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya banjir rob.
Anies menyampaikan, ada dua indikator kesuksesan penanganan musim hujan di Jakarta.
Pertama, tidak ada korban.
Kedua, genangan atau banjir harus surut dalam kurun waktu enam jam.
Dia menyatakan, kapasitas sistem drainase di Jakarta rata-rata hanya mampu menampung curah hujan 100 milimeter per hari.
Baca juga: Ada Kendala Non Teknis, Pembangunan Waduk Belibis di Cilincing Tertunda
Dengan demikian, apabila curah hujan lokal di bawah 100 milimeter, Anies menargetkan tidak ada banjir.
Namun apabila curah hujan melebihi 100 milimeter, dia menargetkan genangan air harus surut dalam waktu enam jam.
"Ini bila curah hujan di atas kapasitas sistem drainase kita, seluruh unsur bersiaga di sini. Insya Allah Jakarta bisa terbebas dari banjir dan bila terjadi curah hujan yang amat lebat kita bisa segera surut dalam waktu kurang dari enam jam," ujar Anies.
Dengan berbagai kondisi yang akan dihadapi Ibu Kota selama musim hujan, maka ada beberapa langkah pencegahan yang dilakukan.
Contohnya dengan mengeruk sejumlah waduk di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Untuk mengeruk waduk, Pemprov DKI mengerahkan sejumlah ekskavator.
Baca juga: Antisipasi Banjir, Waduk-waduk di Jakarta Selatan Akan Dikeringkan
Alat berat yang dikerahkan bukan hanya milik pemprov, tetapi berasal dari berbagai unsur, antara lain swasta, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Ekskavatornya bukan hanya milik DKI, tapi kami mengerahkan dari berbagai unsur, baik swasta maupun BUMN, BUMD menyuplai alat-alat," kata Anies.
Pemprov DKI Jakarta juga membangun waduk baru.
Baca juga: Ini Upaya Pemkot Jakbar Antisipasi Banjir di Tujuh Lokasi Prioritas