Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Megawati Sentil Jakarta sebagai Kota Amburadul...

Kompas.com - 12/11/2020, 10:55 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menyentil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan menyebut kondisi Jakarta amburadul.

Padahal, menurut Mega, DKI Jakarta semestinya bisa menjadi "Kota Mahasiswa" atau "City of Intellect" jika ditata dengan baik.

Oleh karena itu, Mega berharap tujuan penataan DKI Jakarta dirumuskan secara jelas dengan melibatkan para akademisi.

Baca juga: Megawati: Jakarta Seharusnya City of Intellect, Ini Jadinya Amburadul...

Pernyataan tersebut disampaikan Mega saat menerima penghargaan "City of Intellect" dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk Kota Semarang yang dipimpin oleh kader PDI-P Hendrar Prihadi.

"Saya bilang Jakarta ini menjadi amburadul. Karena apa, ini tadi seharusnya City of Intellect ini dapat dilakukan tata kotanya, masterplan-nya, dan lain sebagainya," ujar Mega dalam pidato yang ditayangkan secara daring, Selasa (10/11/2020).

Tanggapan Pemprov DKI

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menanggapi santai pernyataan Ketum PDI-P tersebut.

Menurut Riza, Pemprov DKI selalu bersikap terbuka menerima kritik dan komentar mengenai penataan Ibu Kota.

Riza menyampaikan, kritik memang dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kualitas penataan maupun pelayanan masyarakat di Jakarta.

"Kami menghormati menghargai siapa pun memberikan komentar atas kota Jakarta, kami anggap semua masukan kritik sebagai obat bagi kami untuk terus meningkatkan dan memperbaiki Kota Jakarta sebagai kota yang maju dan bahagia warganya," ujar Ariza di Balai Kota, Jakarta Pusat.

Baca juga: Megawati Sebut Jakarta Amburadul, Wagub DKI: Kami Anggap Obat Penyemangat

Pemprov DKI diminta kembali gelar operasi yustisi

Sementara itu, pengamat tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengatakan, penyebab Jakarta dicap menjadi kota amburadul karena kurangnya edukasi kepada masyarakat tentang cara hidup di kota.

Dia menilai, banyak warga luar Jakarta yang menetap dan beraktivitas di Ibu Kota, tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang cara merawat kota bersama-sama.

"Yang terjadi di Jakarta, kotanya metropolitan, tapi kelakuannya masih katrokan," kata Yayat, Rabu (11/11/2020).

Yayat mencontohkan, ada warga yang membakar halte transjakarta, padahal Jakarta baru saja mendapat penghargaan internasional di bidang transportasi.

Baca juga: Pengamat: Jakarta Jadi Kota Amburadul karena Warganya Kurang Edukasi

Peristiwa pembakaran halte merupakan salah satu contoh perilaku warga yang tidak memiliki pengetahuan untuk merawat fasilitas publik.

Oleh karena itu, Yayat menyarankan Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar operasi yustisi bagi para pendatang.

Menurut Yayat, operasi yustisi bisa menjadi salah satu langkah Pemprov DKI untuk menata kota menjadi lebih baik sehingga tidak dicap sebagai kota yang amburadul.

"Dulu ada namanya kebijakan operasi yustisi, dalam konteks pendatang dari luar Jakarta yang masuk setiap tahun," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com