Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Sekitar RPTRA Jadi Khawatir dengan Adanya Kasus Predator Seksual

Kompas.com - 18/11/2020, 14:47 WIB
Sonya Teresa Debora,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Meruya Utara, Jakarta Barat, yang tinggal di sekitar RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) mengkhawatirkan keselamatan anak-anak mereka setelah munculnya kasus petugas honorer di RPTRA Meruya Utara mencabuli anak di bawah umur di kantor RPTRA itu.

Predator seksual itu beraksi saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Saat PSBB, anak-anak bersekolah jarak jauh dari rumah, sementara orangtua mereka bekerja dan tidak bisa selalu mengawasi anak-anak.

"Ini nggak ada belajar-mengajar, jadi ada anak-anak main (ke RPTRA) tanpa pengetahuan orangtua dan satpam di sekolahan," kata seorang warga Meruya Utara, Oti PD, Rabu (18/11/2020).

Baca juga: Pelecehan Seksual di RPTRA, Kala Ruang Publik Ramah Anak Jadi Tak Aman bagi Anak

Meski tersangka pelaku pada kasus telah diringkus, sejumlah warga mengaku masih resah dan khawatir. 

"Khawatir. Saya merinding dengar ini, masalahnya anak saya juga kan sekolah di sini. Mereka sering kumpul di sini, di taman ini," ujar dia.

Pelaku yang berinisial ML (49) dikenal sebagai sosok yang santun. Hal itu semakin mengejutkan warga karena mereka tak menyangka ML mencabuli anak di bawah umur.

"Ya, semua orang sudah tahulah di sini sifatnya (ML) gimana, baguslah. Orang kompleks juga pada cerita, orang nggak nyangka itu sama orang itu," ujar Yaya, warga yang bekerja sebagai petugas pertamanan di sekitar RPTRA, Rabu.

Staf RPTRA Meruya Utara lainnya, Syifa, juga mengaku tak menduga kasus pencabulan dapat terjadi di Kantor RPTRA itu.

"Nggak ada keanehan dari pelaku. Nggak ada (curiga) sama sekali kalau dia melakukan itu," kata Syifa.

Waktu operasional RPTRA saat PSBB telah dibatasi. Staf RPTRA selalu datang dan pulang dalam waktu bersamaan. 

"Waktu PSBB jam kerja kami cuma sampai jam 10.00 WIB. Nah, kami datang bareng, pulang bareng. Kejadian sore hari, waktu dia mungkin pantauan sore," ujar dia.

Syifa menjelaskan, ML melakukan aksinya di sebuah ruangan yang selalu ditutup selama masa PSBB. Namun, ML memang memegang kunci RPTRA Meruya Utara.

Ia dipercaya memegang kunci sebab telah bertugas lima tahun di sana. ML bisa datang walaupun tidak sedang bekerja. Apalagi, lokasi kediamannya tak jauh dari RPTRA.

ML melakukan pencabulan terhadap anak berusia 14. Dia ditangkap usai ibunda korban melaporkan peristiwa itu ke polisi.

Baca juga: Komnas PA: Bukan Kali Pertama Pelecehan Terhadap Anak Terjadi di RPTRA

Kasus itu terbongkar saat ibunda korban melihat pesan singkat yang dikirimkan ML kepada anaknya. ML mengirimkan pesan singkat tersebut kepada ponsel milik ibunda korban, sebab korban kerap menggunakan ponsel ibunya untuk bermain game.

Dalam pesan singkat tersebut, ML mengajak AA untuk berhubungan seksual.

Ibunda korban lalu menanyakan hal tersebut pada anaknya. Korban kemudian mengaku telah dicabuli ML sebanyak 20 kali.

Kapolsek Kembangan, Kompol Imam Irawan menjelaskan, tersangka mengiming-imingi  korban dengan uang agar tidak menceritakan perbuatannya kepada orang lain.

"Modus pelaku melakukan aksi bejatnya tersebut dengan mengiming-imingi korban dengan memberikan sejumlah uang untuk tidak menceritakan aksi bejatnya tersebut kepada orang lain," ujar Imam, Selasa kemarin.

Dari penyelidik polisi, ML sebelumnya melakukan aksi serupa ke anak lain tetapi tidak ditangkap karena permasalahan diselesaikan secara kekeluargaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com