Elang bondol (Haliastur indus) termasuk jenis satwa langka dan penyebarannya di DKI Jakarta terbatas pada gugusan Kepulauan Seribu.
Burung ini memiliki kemampuan terbang yang sangat prima serta mempunyai ketajaman mata dalam mencari mangsa.
"Perilaku ini dapat dijadikan simbol untuk warga Jakarta yang selalu dinamis, tangkas dan cepat dalam bertindak," tulis Keputusan Gubernur Nomor 1796 Tahun 1989.
Menurut arsip Kompas.com, elang bondol lebih mirip burung pemakan bangkai dibanding burung pemangsa seperti elang lain.
Baca juga: 5 Fakta Elang Bondol, Si Maskot Jakarta yang Kawin di Udara
Burung ini berukuran sedang (43-51 cm), memiliki sayap yang lebar dengan ekor pendek dan membulat ketika membentang. Bagian kepala hingga dadanya berwarna putih, sedangkan sisanya berwarna merah bata.
Elang bondol bisa terbang di ketinggian 20 hingga 50 meter di atas permukaan tanah. Selain memangsa hewan yang ada di darat, ia juga mahir menangkap ikan, kepiting, dan katak.
Menurut Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Bevinka elang, termasuk elang bondol, bisa dijadikan sebagai indikator kebersihan suatu wilayah.
Jika di suatu wilayah masih terdapat banyak elang, maka itu menandakan bahwa wilayah tersebut bersih dari berbagai polusi. Di Jakarta sendiri elang bondol hanya ditemukan di wilayah Kepulauan Seribu.
Kebun Cagar Buah Condet menjadi satu dari sedikit lahan tersisa di Jakarta yang masih ditumbuhi salak condet. Tanaman itu pun saat ini terbatas hanya ada di Kelurahan Balekambang, Condet.
Padahal dahulunya, hingga 1980-an, pohon salak condet mendominasi kebun-kebun milik warga yang tersebar di empat kelurahan di kawasan Condet, yakni kelurahan Balekambang, Batuampar, Gedong dan Tengah.
Masa 1990-an menjadi awal perubahan nasib tanaman keluarga palem-paleman tersebut. Arus urbanisasi yang deras ke Ibu Kota mendorong masifnya alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman penduduk.
Pohon salak dibabat, dinding-dinding rumah dibangun. Kawasan yang dahulunya ditumbuhi salak condet telah berubah menjadi kawasan padat penduduk.
Baca juga: Kisah Pengelola Cagar Buah Condet Pertahankan Maskot Jakarta
Berdasarkan laporan Warta Kota, hanya segelintir elang bondol yang masih tampak mengudara di wilayah Kepulauan Seribu. Padahal dulunya burung ini cukup mudah ditemui.
Benvika menggambarkan hal tersebut sebagai "sesuatu yang mengkhawatirkan". Dari tahun ke tahun, populasi elang bondol di Jakarta mengalami penyusutan drastis.
"Pada 2012 saja, kita hanya temukan sekitar 22 ekor elang bondol," ujar pendiri Pusat Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok, Kabupaten Kepulauan Seribu, tersebut.
Secara terpisah, Situs Hijau Indonesia hijauku.com menyebut keberadaan elang bondol semakin terancam dengan adanya mega proyek reklamasi di wilayah pesisir Jakarta.
Koordinator Komunitas Indonesian Friends of the Animals (Ifota) Marison Guciano mengatakan bahwa elang bondol bukanlah burung migran yang suka berpindah-pindah tempat.
"Oleh karena itu, mega proyek reklamasi 17 pulau buatan di utara Jakarta yang menggusur habitat elang bondol dipastikan akan menyebabkan kepunahan maskot Jakarta ini," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.