Setelah dirasa cukup modal, pada 1992, Ahok kembali ke Belitung dan mendidikan PT Nurinda Ekapersada. Pabrik itu didirikan di Dusun Burung Mandi, Desa Mangkubang, Belitung Timur.
Pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Belitung tersebut kemudian ditutup pemerintah dengan alasan dijadikan wilayah hutan lindung di area pertambangan pabrik yang didirikan Ahok.
Setelah menjadi pengusaha, pada tahun 2004 Ahok terjun ke politik bernaung bersama Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB).
Sebagai seorang keturunan Tionghoa, tidak mudah bagi Ahok untuk meyakinkan masyarakat Belitung memilih dia menjadi wakil rakyat.
Namun, metode blusukan ke pelosok Belitung membuat masyarakat memberikan kepercayaan Ahok untuk mewakili suara mereka di DPRD Kabupaten Belitung periode 2004-2009.
Pada saat menjabat sebagai anggota Dewan, Ahok dikenal dengan integritasnya yang tinggi dan tidak sama sekali melakukan politik uang pada pemilihnya.
Dia juga dikenal tegas menolak praktik korupsi dan tidak menerima uang perjalanan dinas fiktif dari DPRD serta familiar dengan gerakan blusukan menemui warga.
Baca juga: Saat Elektabilitas Risma Melonjak Usai Blusukan di Jakarta...
Moncer meraih suara sebagai politisi di kancah legislatif, Ahok mencoba peruntungan menjadi eksekutif dan mencalonkan diri sebagai bupati Belitung Timur tahun 2005-2010.
Dia berhasil meraih suara 37,13 persen suara dan dinobatkan sebagai pemenang dalam pemilihan bupati Belitung Timur periode 2005-2010.
Setelah menang menjadi bupati, Ahok tak langsung berpuas diri. Dia kembali mencoba peruntungan dalam pemilihan gubernur Bangka Belitung.
Namun, Ahok gagal menjadi pemenang dalam pilkada tersebut.
Setahun sebelum masa jabatannya sebagai bupati Belitung Timur, Ahok maju sebagai calon anggota legislatif tingkat pusat dari Partai Golkar dan berhasil lolos dengan mudah.
Pada 2012, Ahok kembali maju mendampingi Jokowi sebagai calon wakil gubernur dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta dan berhasil menjadi pemenang.
Dua tahun kemudian, Jokowi maju mengikuti pemilihan presiden dan berhasil memenangi pemilihan persiden bersama calon wakil presidennya, Jusuf Kalla.
Otomatis, Ahok yang menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI mengisi kekosongan jabatan Gubernur DKI yang ditinggal Jokowi.