Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putra Friedrich Silaban: Ayah Pakai Nama Samaran demi Terpilih Jadi Arsitek Masjid Istiqlal

Kompas.com - 22/02/2021, 15:26 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Istiqlal, yang berdiri pada 22 Februari 1978 atau 43 tahun yang lalu, dianggap sebagai simbol toleransi antaragama.

Makna toleransi yang dilekatkan kepada Masjid Istiqlal tak cuma karena berlokasi di seberang Gereja Katedral di Jakarta Pusat.

Alasan lain adalah sosok di balik perancang desain Masjid Istiqlal bernama Friedrich Silaban.

Baca juga: Sejarah Hari Ini, 22 Februari 1978, Istiqlal Berdiri Setelah 23 Tahun Dibangun

Situs Jakarta Tourism menjelaskan, Friedrich adalah seorang Kristen Prostestan yang dipilih oleh Presiden Soekarno untuk merancang Masjid Istiqlal.

Pemilihan tersebut terjadi lewat sayembara oleh Soekarno pada 1955.

Putra Friedrich, Panogu Silaban, mengisahkan awal mula sang ayah memutuskan untuk ikut sayembara tersebut.

Dia menjelaskan bahwa Friedrich, yang memiliki kedekatan ke Soekarno, meminta izin sang Presiden untuk turut berpartisipasi pada sayembara.

"Dia (Friedrich) pernah bertanya kepada Soekarno langsung: 'Ini mau ngadain sayembara Istiqlal loh? Saya ikut enggak ya?' Mereka memang dekat ya. Lalu (Soekarno jawab): 'Tapi kalau ikut harus pakai nama samaran. Kalau enggak, enggak ada yang mau milih'," kata Panogu dalam wawancara dengan tayangan SINGKAP Kompas TV pada akhir Februari 2018.

Dijelaskan Panogu, ayahnya memang kerap mengikuti sayembara dengan nama samaran berupa moto.

"Setiap kali sayembara itu pakai nama-nama samaran, motto istilahnya. Pernah ada satu sayembara, (Friedrich) pakai (nama) 'Bhinneka Tunggal Ika' motonya. Juga pernah pakai 'Kemakmuran'. Lalu, untuk Istiqlal ini motonya 'Ketuhanan'," paparnya.

Sosok pekerja keras

Friedrich lahir di Bonan Dolok, Sumatera Utara, pada 16 Desember 1912 dari keluarga petani yang sederhana.

Dia merupakan lulusan Koningin Wilhermina School, sebuah sekolah setingkat Sekolah Teknik Menengah (STM) di Jakarta pada 1931.

Friedrich kemudian melanjutkan studinya ke Belanda pada 1949 hingga 1950.

Menurut Panogu, ayahnya adalah seorang pekerja keras dengan kecerdasan yang tinggi.

Semasa hidupnya, Friedrich, lanjut Panogu, selalu bekerja di luar jam kerjanya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pekerjaan Umum di Bogor kala itu.

"Dia kan pegawai negeri di kotamadya Bogor. Dia bekerja sampai jam 14.00 WIB. Nah, setelah itu dia bekerja paruh waktu sebagai arsitek. Dia bekerja bukan cuma di waktu kerja, tapi juga sampai malam bahkan hingga subuh," urai Panogu.

"Dulu saya sering bertemu tetangga-tetangga di sini bercerita, kalau lampu (rumah Friedrich) nyala jam 04.00, wah Silaban lagi kerja," lanjutnya.

Baca juga: Masjid Istiqlal yang Mendobrak Desain Tradisional di Masanya. . .

Friedrich diketahui telah memiliki puluhan karya di Indonesia.

Namun, desain Masjid Istiqlal-lah yang membuat Friedrich mendapat tanda kehormatan dan tanda jasa dari pemerintah.

Dia pun menjadi arsitek favorit Soekarno. Bahkan, sang Presiden kerap ingin bertamu ke rumah Friedrich di Bogor.

"Suatu saat, Bung Karno minta dong: 'Masa kamu saja yang ke rumah saya, Sil (Silaban). Saya sekali-kali ke rumah kamu dong'. Betapa paniknya dia (Friedrich). Kan rumah gubuk begini, masa seorang Presiden mau datang?" cerita Panogu.

"Jadi, dia (Friedrich) menolak (dan bilang): 'Nanti saja. Kalau rumah saya sudah dibangun, Bapak boleh datang'," tambahnya.

Soekarno, lanjut Panogu, akhirnya bisa bertamu ke rumah Friedrich di Bogor pada 1961, tiga tahun setelah Friedrich memutuskan membangun rumah.

"Soekarno tahu (rumah Friedrich telah dibangun): 'Nah, dulu bilang kalau rumahnya udah jadi boleh datang'. Jadi, dia datang. Saya masih umur 3 tahun," ujar Panogu.

Friedrich Silaban tutup usia pada 14 Mei 1984 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, karena komplikasi penyakit pada umur 72 tahun.

Sampai akhir hayatnya, menurut Panogu, ada sejumlah desain karya Friedrich yang tidak dibangun dan sampai sekarang masih disimpan oleh Keluarga Silaban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com