Terkadang, jenazah pun tak datang tepat pada jadwal yang telah ditentukan, sehingga ia dan rekannya harus menunggu.
"Kadang kita nunggu lama, keluarganya masih pada cekcok di rumah sakit, ya itu kita nunggu sampai malem," jelasnya.
Tak sempat istirahat
Banyaknya jumlah jenazah yang harus dimakamkan juga membuatnya kehilangan waktu beristirahat.
"Sulit mau istirahat waktu kerja itu, enggak bisa ngaso, enggak bisa istirahat dulu waktu habis ngemakamin satu," ucapnya.
Padahal, terdapat delapan tim yang bekerja dalam satu harinya.
Baca juga: Wakil Ketua DPRD DKI Desak agar Dana Insentif untuk Tukang Gali Kubur Segera Dicairkan
Di mana, satu tim terdiri dari empat orang, dan bekerja secara bergantian.
"Padahal tim itu di-rolling. Tetap hampir keteter. Apalagi kalau enggak di-rolling tuh bisa ada yang pingsan," katanya.
Kini, Saun mengaku pekerjaannya tak seberat pertengahan hingga akhir 2020.
Pasalnya, sudah ada makam lain yang menampung jenazah terkait Covid-19.
Namun, masa pandemi Covid-19 tetap akan diingatnya sebagai periode terberatnya selama menjadi tukang gali kubur.
"Masyarakat ya harusnya taat sama aturannya, biar pandemi ini cepat kelar. Ya kita berharap saja ya, cepat selesai pandemi ini. Mudah-mudahan saja," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.