Proses pendakian Gunung Rinjani dimulai. Nufa bersama rombongan yang baru ia kenal menyusuri jalan setapak keluar masuk hutan, berkemah, lalu kembali berjalan.
Dia akhirnya sampai di satu lokasi bernama Plawangan Sembalun. Area kemah terakhir sebelum mencapai puncak Gunung Rinjani.
"Saya langsung merasa lokasi ini mirip banget susananya dengan di mimpi. Ekspektasi awal rasanya kayak terpenuhi," ungkapnya.
Dari sini, dia mulai merasa bahwa lokasi tersebut mirip dengan tempat yang ia kunjungi di dalam mimpi.
Nufa melanjutkan perjalanan ke puncak lalu menuju Danau Segara Anak.
"Yang terasa jelas sama itu ketika perjalanan Plawangan Sembalun ke (Danau) Segara Anak. Mirip banget suasananya," tutur Nufa.
Di sepanjang perjalanan, Nufa merasa kegelisahan yang sejak awal perjalanan dia rasakan perlahan menghilang.
Pikirannya menjadi lebih tenang. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk berkemah lebih lama.
"Semingguan di Plawangan sama danau itu. Karena di sana kecemasan sebelumnya soal hidup saya kedepan seperti mulai pudar," ungkapnya.
"Saya baru turun gunung itu 20 April. Dengan perasaan lega. Mimpi kayak terwujud gitu," sambungnya.
Dengan pikiran yang lebih tenang, Nufa akhirnya memutuskan untuk kembali ke indekosnya di Ciputat Timur.
Perjalanan pulang ia pilih dengan menumpang kendaraan yang melintas. Tak mau lagi berjalan kaki.
Berpindah dari satu kendaraan ke kendaraan lain sampai di Ciputat Timur.
"Langsung yaudahlah. Setelah beres dari perjalanan ini pulang aja dulu ke rumah. Rasanya beda dari sebelumnya, dulu cemas. Lulus kuliah pulang ke rumah itu enggak tau harus ngapain, enggak ada pekerjaan," ungkapnya.
Kini, Nufa sudah memulai kehidupan baru di kota kecil di Yogyakarta dan bekerja di salah satu perusahaan swasta.
Menurut Nufa, dari aksi berjalan kaki sejauh 1.500 kilometer yang ditempuh itu dia mendapatkan banyak belajar.
Pola pikirnya telah berubah dalam menghadapi suatu permasalahan dan mencari cara untuk menyelesaikannya.
"Ya setelah perjalanan itu saya lega banget sih. Mungkin karena dulu kan saya sering mengurung diri. Jarang keluar. Ini jadi pengalaman bertemu banyak orang, bagaimana menghadapi situasi dan kondisi yang sulit," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.