Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Filateli, Berawal dari Mahalnya Ongkos Kirim Surat hingga Jadi Hobi Para Raja

Kompas.com - 29/03/2021, 12:05 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang eksis meski tak lagi penting untuk kebanyakan orang, namanya prangko.

Jika dulu menjadi benda paling dicari untuk bertukar informasi, prangko kini bergeser menjadi hobi yang tak lagi murah.

Prangko memiliki sejarah panjang sebelum bergeser menjadi sebuah hobi yang digeluti banyak orang, sebelum dijuluki rajanya hobi dan hobi para raja atau 'king of hobbies and hobby of the kings'.

Prangko pertama kali diperkenalkan dua abad lalu, tepatnya pada 6 Mei 1840 di Britania Raya.

Kala itu prangko bergambar Ratu Victoria menjadi yang pertama diterbitkan dan bertuliskan harga 'one penny'.

Dari situ muncul sebutan Si Penny Hitam atau Black Penny.

Kemunculannya pun bukan tanpa alasan.

Baca juga: Prangko Termahal di Indonesia Seharga Rp 5 Miliar, di Dunia Ada yang Harganya Rp 150 Miliar

Dikutip dari situs web komunitas filateli Amerika Serikat, classic.stamps.org, kemunculan prangko berawal dari masalah pembayaran ongkos kirim yang dinilai mahal.

Saat itu, ongkos kirim dibebankan oleh penerima surat untuk menghitung tarif dan jarak surat itu dikirim.

Oleh karenanya, banyak orang mengembangkan kode-kode tertentu untuk menerima surat yang hanya ingin dia terima saja.

Surat yang tidak ingin mereka terima bisa langsung ditolak dan tidak dibayar oleh penerima surat.

Hal tersebut tentu merugikan institusi pos yang mengandalkan keuangan dari pembayaran penerima surat sebagai ongkos kirim.

Baca juga: Merawat Sejarah lewat Prangko di Museum TMII...

Belum lagi banyak pejabat kerajaan memiliki hak untuk mengirim surat tanpa pungutan biaya dengan jumlah pengiriman surat tanpa batas.

Semakinlah institusi pos kala itu kering pemasukan.

Melihat fenomena kode unik dan penolakan pembayaran yang semakin meluas, Sekretaris General Postmaster Britania Raya Rowland Hill berpikir untuk membuat sistem pembayaran di muka dan menetapkan tarif satu harga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com