Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tanah Abang: Terkena Malapetaka Berkali-kali, tapi Tetap Berdiri Tegak

Kompas.com - 03/05/2021, 14:47 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

Pasar Tanah Abang terus semarak memasuki 1800-an. Pasar juga ikut buka di hari Rabu.

Baca juga: KRL Tak Berhenti di Tanah Abang, Dishub DKI Siapkan Bus Transjakarta Gratis Pukul 15.00-19.00

Kumuh dan jadi sarang gelandangan

Keramaian pasar tak sejalan dengan perbaikan kualitas lingkungan.

Bangunan pasar makin lama kian rapuh dan kusam. Sampah-sampah menumpuk dan membuat semrawut.

“Sampai akhir abad ke-19 bahkan awal abad ke-20 Pasar Tanah Abang belum mempunyai bangunan permanen,” tulis PD Pasar Jaya.

Khawatir pedagang dan pembeli berkurang, pemerintah kolonial akhirnya merombak Pasar Tanah Abang secara besar-besaran pada Agustus 1926.

Bangunan lama nan rapuh berganti bangunan permanen. Lebih nyaman untuk aktivitas para pedagang dan pembeli. Lebih bagus pula untuk promosi nama Pasar Tanah Abang keluar Batavia dan Hindia Belanda.

Baca juga: Ramainya Tanah Abang dan Pusat Perbelanjaan serta Kekhawatiran akan Lonjakan Kasus Covid-19

Namun, kedatangan Jepang pada 1942 mengubah banyak hal di Pasar Tanah Abang.

“Pasar Tanah Abang yang tadinya kesohor tekstilnya, saat itu berubah menjadi los-los dan kios kosong melompong tidak ada tekstil sama sekali bahkan banyak yang tutup dan ditempati gelandangan,” cerita H.M. Hasan, pensiunan kepala pasar dalam Pasar Tanah Abang 250 Tahun.

Pasar Tanah Abang kembali memperoleh cerlangnya setelah sempat masuk tahun-tahun kegelapan selama masa Jepang hingga Revolusi Fisik (1945—1949).

Di bawah pengelolaan Pemerintah DKI Jakarta lewat Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, Pasar Tanah Abang mengalami perombakan secara besar-besaran pada 1973. Pasar Tanah Abang menjadi bangunan bertingkat tiga.

Baca juga: Terkait Kerumunan di Pasar Tanah Abang, Epidemiolog: Representasi PPKM Tak Berhasil

Menjadi rebutan preman

Lama kelamaan, pemerintah mulai kehilangan kendali atas keamanan pasar. Mereka kemudian menyerahkan urusan keamanan pasar kepada para jago.

Jago-jago memperoleh banyak uang atas jasa keamanan, parkir, dan kebersihan dari para pedagang.

Tetapi lama-lama mereka tidak lagi melindungi para pedagang, melainkan memerasnya.

Perputaran uang di Pasar Tanah Abang pada 1990-an mencapai Rp8-10 miliar per hari. Para preman dari berbagai etnis dan wilayah berebut kendali atas Pasar Tanah Abang.

Puncaknya terjadi pada November—Desember 1996. Bentrok antarpreman di Pasar Tanah Abang meminta korban jiwa. Pedagang dan pembeli menghindari kawasan ini beberapa lama.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Penuh Sesak Pengunjung Pasar Tanah Abang | Anies Akui Pengunjung Pasar Tanah Abang Capai 100.000 pada Minggu Kemarin

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com