Ny. Silaen menambahkan, lurah setempat sudah mengunjungi dan melihat langsung kondisi rumahnya saat banjir 2020.
"Saya bilang ke lurah saat datang: 'Saya enggak percaya Bapak. Lurah enggak perhatian yang cuma rakyat saja'. Sudah lelah saya mengadu terus," lanjutnya.
"Setelah itu, rapat-rapat lagi mereka. Tapi, tidak ada kejelasannya sampai sekarang," katanya lagi.
Diakui Ny. Silaen, dulu ia sempat diberikan solusi terkait banjir, yakni ada pengurasan di saluran air setiap seminggu sekali.
"Tapi sejak Gubernur DKI sekarang, tidak pernah ada lagi pengurasan saluran air," kata Ny. Silaen.
Ny. Silaen hanya berharap agar pejabat setempat mendengarkan pengaduannya tersebut.
"Harapan saya, tolong diluruskan saja saluran airnya. Masalah bangunan liar itu terserah saja," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua RT 011, Teguh membenarkan saluran air di Jalan Raya Pintu 2 TMII mengalami penyempitan.
"Yang saya tahu memang semenjak saya menjabat sebagai RT, saluran sudah mengecil," kata Teguh, yang dipercaya sebagai Ketua RT sejak 2019.
Dijelaskan Teguh, air saat hujan memang membanjiri khususnya rumah Ny. Silaen.
"Memang benar, sempitnya saluran air itu sangat mengganggu sekali bagi lingkungan kami, khususnya ke daerah rumah Ny. Silaen," ungkap Teguh, Senin.
"Air pembuangan dari Taman Mini meluap pasti ke daerah rumah tersebut. Mungkin memang karena pengecilan saluran akibat bangunan-bangunan yang kita tidak tahu (punya siapa)," sambungnya.
Menurut Teguh, ia tidak bisa berbuat banyak perihal bangunan-bangunan liar karena bukan daerah otoritas dirinya selaku Ketua RT.
"Itu (bangunan liar) bukan di wilayah saya. Sudah di wilayah RT 10 RW 2 kalau tidak salah," paparnya.
Teguh menegaskan, keluhan warganya telah sampai ke pihak kelurahan sehingga lurah pernah memantau.
Akan tetapi, menurutnya, pandemi Covid-19 menghambat penuntasan persoalan banjir itu.
"Yang jelas, Pak Lurah sudah paham sekali dan sudah melihat ke lokasi pada saat banjir dan turun ke rumah Ny. Silaen," kata Teguh.
"Tahun ini sudah 2 kali banjir. Jadi Pak Lurah sudah tahu. Dia tetap memperjuangkan itu. Mungkin, menindaklanjutinya membutuhkan estafet, tidak bisa langsung selesai seperti membalikkan telapak tangan," ucapnya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.