Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek 82 Tahun di Pinang Ranti yang Protes Banjir karena Bangunan Liar: Sudah Lapor dari 2015, Tak Ada Tindakan

Kompas.com - 25/05/2021, 17:26 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

Ny. Silaen menambahkan, lurah setempat sudah mengunjungi dan melihat langsung kondisi rumahnya saat banjir 2020.

"Saya bilang ke lurah saat datang: 'Saya enggak percaya Bapak. Lurah enggak perhatian yang cuma rakyat saja'. Sudah lelah saya mengadu terus," lanjutnya.

"Setelah itu, rapat-rapat lagi mereka. Tapi, tidak ada kejelasannya sampai sekarang," katanya lagi.

Diakui Ny. Silaen, dulu ia sempat diberikan solusi terkait banjir, yakni ada pengurasan di saluran air setiap seminggu sekali.

"Tapi sejak Gubernur DKI sekarang, tidak pernah ada lagi pengurasan saluran air," kata Ny. Silaen.

Ny. Silaen hanya berharap agar pejabat setempat mendengarkan pengaduannya tersebut.

"Harapan saya, tolong diluruskan saja saluran airnya. Masalah bangunan liar itu terserah saja," pungkasnya.

Dibenarkan Ketua RT

Sementara itu, Ketua RT 011, Teguh membenarkan saluran air di Jalan Raya Pintu 2 TMII mengalami penyempitan.

"Yang saya tahu memang semenjak saya menjabat sebagai RT, saluran sudah mengecil," kata Teguh, yang dipercaya sebagai Ketua RT sejak 2019.

Dijelaskan Teguh, air saat hujan memang membanjiri khususnya rumah Ny. Silaen.

"Memang benar, sempitnya saluran air itu sangat mengganggu sekali bagi lingkungan kami, khususnya ke daerah rumah Ny. Silaen," ungkap Teguh, Senin.

"Air pembuangan dari Taman Mini meluap pasti ke daerah rumah tersebut. Mungkin memang karena pengecilan saluran akibat bangunan-bangunan yang kita tidak tahu (punya siapa)," sambungnya.

Menurut Teguh, ia tidak bisa berbuat banyak perihal bangunan-bangunan liar karena bukan daerah otoritas dirinya selaku Ketua RT.

"Itu (bangunan liar) bukan di wilayah saya. Sudah di wilayah RT 10 RW 2 kalau tidak salah," paparnya.

Teguh menegaskan, keluhan warganya telah sampai ke pihak kelurahan sehingga lurah pernah memantau.

Akan tetapi, menurutnya, pandemi Covid-19 menghambat penuntasan persoalan banjir itu.

"Yang jelas, Pak Lurah sudah paham sekali dan sudah melihat ke lokasi pada saat banjir dan turun ke rumah Ny. Silaen," kata Teguh.

"Tahun ini sudah 2 kali banjir. Jadi Pak Lurah sudah tahu. Dia tetap memperjuangkan itu. Mungkin, menindaklanjutinya membutuhkan estafet, tidak bisa langsung selesai seperti membalikkan telapak tangan," ucapnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com