Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UI Panggil Mahasiswa Kritis dan Pejabatnya Merangkap dalam Kekuasaan, Pakar: Pelemahan Kaum Intelektual

Kompas.com - 30/06/2021, 16:25 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Universitas Indonesia (UI) belakangan diterpa isu tak sedap soal sejumlah pejabatnya yang ternyata rangkap jabatan di lingkaran kekuasaan Presiden RI Joko Widodo.

Isu ini menyeruak setelah pemanggilan sejumlah mahasiswa oleh rektorat, menyusul diunggahnya poster meme "Jokowi: King of Lip Service" pada Minggu (27/6/2021).

Setelah ditelusuri, sejumlah pejabat UI, mulai dari rektor hingga sejumlah anggota Majelis Wali Amanat (MWA) yang dipilih oleh menteri, diketahui mengisi sejumlah jabatan di pemerintahan, baik jabatan struktural maupun bukan.

Situasi ini dianggap buruk secara etis, karena dapat membuka pintu bagi masuknya konflik kepentingan dan intervensi politik, yang kelak mengusik independensi serta kebebasan akademik.

Baca juga: 8 Pejabat Teras UI di Lingkaran Kekuasaan Jokowi, Siapa Saja Mereka?

Pakar hukum tata negara, Bivitri Susanti, menilai bahwa apa yang terjadi di UI hanya contoh dari gejala umum belakangan ini, yakni pelemahan kaum intelektual melalui intervensi politik.

"Bila kita refleksikan, sebenarnya yang terjadi sekarang adalah pelemahan kaum intelektual. Caranya dua, dengan mengkooptasi dan dengan menekan," kata Bivitri kepada Kompas.com.

Modus ini pernah digunakan rezim Orde Baru dengan program NKK/BKK. Kini, NKK/BKK sudah tidak ada, namun bukan berarti kampus lepas dari cengkeraman kekuasaan.

"Kampus-kampus memang dibuat bungkam terhadap kondisi yang salah, dan (dibuat) mendukung pemerintahan, dengan cara seperti ini. Kalau dulu dengan NKK/BKK, sekarang dengan kontrol," kata dia.

"Yang terjadi di UI dan kampus-kampus lain sudah menggambarkan ini. Mahasiswa ditekan untuk tidak bersuara soal UU Cipta Kerja, misalnya, melalui dosen-dosennya dan kampus," lanjut Bivitri.

Sebagian dosen dan mahasiswa memang masih bisa melawan, semisal yang terjadi ketika Universitas Mataram menyatakan bahwa kedatangan Ketua KPK Firli Bahuri beberapa waktu lalu dibatalkan, menyusul penolakan besar-besaran dari mahasiswa.

Namun, secara umum, kampus tak lagi melindungi ekspresi politik mahasiswanya, sebagaimana yang terjadi secara umum jelang kejatuhan Soeharto pada 1998.

Baca juga: Polemik Jokowi: The King of Lip Service yang Berujung Terbongkarnya Rangkap Jabatan Rektor UI

Siasat untuk menekan ekspresi mahasiswa akhirnya pindah ke birokrasi dan pejabat kampus.

Di sini lah, keberadaan pejabat kampus yang merangkap jabatan di lingkaran kekuasaan, jadi masalah serius.

"Tinggal tergantung birokrat kampus, makanya yang ditekan kemudian adalah birokrat kampus. Makanya, sekarang kampusnya yang dikontrol dengan skema kampus negeri seperti yang sekarang, di mana rektor sangat tergantung pada menteri (dan MWA)," Bivitri menjelaskan.

Sebagai informasi, Rektor UI Ari Kuncoro, diduga melanggar Statuta UI karena menjabat komisaris utama di BNI ketika dilantik sebagai rektor pada 4 Desember 2019, dan sejak 18 Februari 2020 menduduki kursi wakil komisaris utama di BRI hingga sekarang.

Pengangkatan Ari sebagai rektor adalah kewenangan Majelis Wali Amanat/MWA, salah satu Organ UI di samping Senat Akademik dan Dewan Guru Besar.

Baca juga: Medsos 5 Anggota BEM UI Diretas Setelah Unggah Meme Jokowi: King of Lip Service

MWA UI juga bertugas menilai kinerja rektor dan menetapkan kebijakan serta rencana-rencana UI.

Total 17 MWA UI 2019-2024 yang mengangkat Ari sebagai rektor, sebelumnya diangkat oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada 26 Maret 2019.

Delapan dan 17 anggota MWA UI itu rupanya rangkap jabatan di lingkaran kekuasaan Presiden Jokowi.

Rangkap jabatan para anggota MWA UI ini, di atas kertas, tidak melanggar apa pun, namun dipertanyakan dari segi etika.

Bambang Brodjonegoro dan Darmin Nasution, kini nonaktif dari pemerintahan, rangkap jabatan sebagai menteri ketika dilantik sebagai anggota MWA UI.

Sejumlah nama lain kini masih aktif di pemerintahan, seperti Erick Thohir (Menteri BUMN), Sri Mulyani (Menteri Keuangan 2 periode), Saleh Husin (Koordinator Tim Ahli Wakil Presiden), Jonathan Tahir (Penasihat Kepala Kantor Staf Presiden), dan Wiku Adisasmito (Kepala Tim Pakar dan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19).

"Seharusnya mereka minta mundur kalau mereka etiknya baik sebagai dosen," tutup Bivitri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com