Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Pelapor Pelanggaran Prokes Justru Dikucilkan Tetangga, Dianggap Permalukan Lingkungan Sendiri

Kompas.com - 21/07/2021, 14:38 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang warga di Jabodetabek, AB, menceritakan pengalaman keluarganya yang dirundung setelah melaporkan pelanggaran protokol kesehatan di lingkungan rumahnya.

AB bercerita kejadian yang dialaminya bermula ketika anggota keluarga AB melaporkan melalui media sosial tentang adanya pelanggaran protokol kesehatan (prokes) di sebuah mushola yang terletak tepat di depan rumahnya.

"Sudah lama, anak-anak kompleks ini sering banget berkerumun tanpa masker. Entah di depan rumah, di jalanan, di pos RT, atau di mushola. Lelah menegur, akhirnya minggu lalu kami unggah salah satu kejadian melalui sosial media pribadi dengan menandai akun Walikota," kata AB, Rabu (21/7/2021).

Baca juga: PPKM Darurat Diperpanjang, Dukcapil Jaktim Tutup Layanan Tatap Muka hingga 25 Juli

Diakuinya, cara tersebut dilakukan keluarganya karena sudah lelah menegur masyarakat. Sebab, keadaan lingkungan tidak sedang baik-baik saja. Sudah banyak warga yang terpapar Covid-19, bahkan ada yang sudah kehilangan nyawa karenanya.

Ia mengaku sudah mengadukan kejadian pelanggaran prokes tersebut ke pihak RT dan Satgas setempat. Namun, tidak ada tindak lanjut yang berarti.

AB tidak menyangka unggahan tersebut akan mendapat respons dari pemerintah. Hingga pada Minggu (18/7/2021) kediamannya didatangi sejumlah orang untuk membahas unggahan tersebut.

"Ada Lurah dan jajarannya, termasuk RT, Satgas setempat, dan pengurus mushola yang datang ke rumah. Sayangnya, diskusi tidak berjalan menyenangkan di awal. Saya menangkap, justru keluarga kami disalahkan karena melaporkan ke media sosial dan menandai akun Walikota. Lurah bilang seharusnya melaporkan lewat RT dan RW terlebih dahulu," kenang AB.

Meski demikian, diskusi kemudian berhasil didinginkan dan berakhir dengan saling paham antara pihak kelurahan dengan keluarganya.

Baca juga: PPKM Level 4 Berlaku, Simak Aturan Terbaru Keluar Masuk Jakarta

Permasalahan nyatanya tidak berakhir di diskusi tersebut. AB menceritakan, di sebuah grup whatsapp warga, seorang tokoh masyarakat membahas kejadian tersebut dan terlihat memprovokasi warga lain.

"Foto diskusi tersebut diunggah di grup warga, seorang tokoh masyarakat menanggapi foto dengan sangat provokatif dan menyudutkan keluarga saya," kata AB.

Menurut AB, oknum tersebut berkata bahwa "Orang ini mempermalukan lingkungan sendiri, perlu dikucilkan hukum sosial,". AB menunjukan obrolan grup tersebut yang ditulis oleh tokoh masyarakat di lingkungannya.

"Oknum tersebut mengaku menulis seperti karena dia merasa anak-anak remaja mushola ini diusik dan dipermalukan dengan cara dilaporkan seperti itu," lanjut AB.

Beranjak dari situ, Sempat terjadi keributan antara tokoh masyarakat tersebut dan keluarga AB. Namun, kejadian ini kembali berakhir damai.

Sayangnya, sikap mengucilkan oleh lingkungan setempat kepada keluarga AB belum berakhir di situ. Keesokannya, ada warga lain yang tidak lain istri tokoh masyarakat tersebut, terdengar sedang berbicara dengan warga lain.

"Dikucilin aja, enggak usah dibagi daging kurban, air di rumahnya dicabut aja. Lagian memang kenapa sih dilaporin, anak-anak ngumpul juga cuma main biasa, kecuali kalau narkoba baru dilaporin," kata AB menirukan perkataan orang tersebut.

AB mengaku cukup lelah dengan sikap warga lingkungan rumahnya yang demikian. Ia dan keluarganya memutuskan untuk mengabaikan omongan tetangga dengan tidak keluar rumah.

Selain itu, hingga berita ini disusun, AB juga masih berusaha menyelesaikan masalah antara keluarga dia dan keluarga tokoh masyarakat tersebut dengan membuat perjanjian tertulis.

AB berharap pengalaman keluarganya ini dapat dijadikan pembelajaran oleh semua pihak. Bahwa, melanggar protokol kesehatan merupakan perilaku yang dapat membahayakan banyak orang.

Dia berharap orang lain paham bahwa melaporkan pelanggaran bukan berarti ingin mempermalukan pelanggar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com