Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fraksi PSI Tolak Pertanggungjawaban Anies terhadap APBD DKI Jakarta 2020, Ini Alasannya

Kompas.com - 08/09/2021, 19:55 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta menolak pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah (P2APBD) DKI Jakarta 2020 dari Gubernur Anies Baswedan.

Sekretaris Fraksi PSI Anthony Winza mengatakan, PSI menolak P2APBD karena ada anggaran Formula E yang masih bermasalah dan belum dituntaskan penyelenggaraannya.

"Kami tidak bisa menyetujui, karena perlu diingat, pelaksanaan APBD 2020 tersebut termasuk di dalamnya adalah pelaksanaan Formula E," ujar Anthony dalam rapat paripurna P2APBD berlangsung di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (8/9/2021).

Baca juga: Anies Akan Buat Sistem agar Pelanggar Prokes Ditolak Pergi ke Mana Pun

Anthony mengatakan, PSI sedari awal sudah menolak APBD DKI Jakarta digunakan untuk ajang balap mobil listrik yang batal digelar pada 2020-2021 itu.

Sehingga, kata Anthony, menjadi tidak pas jika di tengah jalan PSI malah mendukung P2APBD 2020 yang jelas berisi anggaran penyelenggaraan Formula E.

"Jika anggarannya saja kami tidak pernah setujui saat pembicaraan, terlebih dalam hal ini dalam hal pelaksanaannya," ujar Anthony.

Baca juga: Formula E Jakarta: Untung di Mata Anies, Buntung Prediksi Para Pengusul Hak Interpelasi

Anthony juga menyebutkan, temuan BPK terkait Formula E bisa memberikan gambaran indikasi hukum yang mungkin terjadi jika Formula E terus dilanjutkan.

PSI tidak ingin menandatangani persetujuan itu karena khawatir ikut terseret proses hukum di kemudian hari.

"Bagaimana caranya melaksanakan sesuatu yang studi kelayakannya belum jelas bahkan tidak ada di RPJMD. Kita biasakan temuan-temuan ini jelas menunjukkan adanya pelanggaran hukum," ujar dia.

Anggota Fraksi PDI-P minta ajukan audit khusus

Anggota Fraksi PDI-P Gilbert Simanjuntak juga memberikan catatan atas P2APBD 2020. Dia meminta eksekutif untuk meminta audit lebih dalam guna menyelidiki kejanggalan yang ditemukan dalam laporan BPK tahun 2020.

"Harusnya ini kita mintakan ada audit khusus. Audit khusus ini bisa kita minta dari Dewan dari isu yang semakin memanas. Lebih baik kita minta ada audit khusus kepada BPK," ujar dia.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta ini menyebutkan, audit investigasi diperlukan agar kesalahan yang berulang terkait kelebihan bayar yang ditemukan tiap tahun bisa terungkap.

Baca juga: Polisi Duga Ada Tindak Pidana dalam Kebakaran Lapas Tangerang, Napi hingga Petugas Diperiksa

"Audit khusus ini harus dilakukan untuk menjernihkan persoalan apakah ini perorangan ataukah ini kesalahan yang sistematis," kata dia.

Gilbert meminta kepada forum anggota Dewan, apabila eksekutif tidak melaksanakan audit khusus, maka DPRD bisa mengambil insiatif meminta audit khusus kepada BPKP.

"Saya kita ini harus kita sikapi fungsi kita sebagai Dewan. Kalau eksekutif tidak menjalankan tugasnya untuk menjernihkan hal ini meminta BPK melakukan audit investigasi, kita bisa melakukan (meminta audit khusus)," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com