JAKARTA, KOMPAS.com - "Hopeless," ujar Angeline (40) begitu melihat berita kebakaran Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang, Rabu minggu lalu.
Angeline adalah tante Petra Eka, napi yang menghuni Blok C2 Lapas Kelas 1 Tangerang yang dilanda kebakaran.
Sedari awal berita tersiar di media massa, keluarga Petra sudah kehilangan harapan.
Kebakaran minggu lalu menghanguskan bangunan beserta isinya. Sebanyak 41 orang tewas di lokasi kejadian, termasuk Petra.
"Memang dari awal kita sudah rasa hopeless karena ngelihat bangunan runtuh, dengar informasi kondisi pintu terkunci. Kita bayangin hal terburuk yang terjadi. Memang sudah hopeless, firasat memang enggak bisa bohong sih," kata Angeline saat ditemui di rumah duka.
Baca juga: Identifikasi Korban Kebakaran Lapas Tangerang Diakhiri meski Proses untuk 2 Jenazah Belum Rampung
Salah satu stasiun televisi menjadi rujukan awal keluarga Petra untuk mendapatkan informasi kebakaran.
Keluarga langsung mengetahui bahwa bagian yang terbakar merupakan Blok C2, tempat Petra ditahan.
Setengah jam sejak berita itu tersiar, posko darurat belum berdiri. Nomor call center pun belum tersedia.
Saat muncul, nomor call center untuk konfirmasi korban kebakaran pun sulit dihubungi. Angeline mengatakan, pihak keluarga berulang kali mencoba menghubungi nomor call center yang tersedia.
"Tapi sudah puluhan kali saya telepon, itu enggak pernah nyambung," kata Angeline.
Baca juga: Daftar Nama 39 Jenazah Korban Kebakaran Lapas Tangerang yang Teridentifikasi
Hampir satu jam, nomor yang tersedia tak pernah bisa tersambung. Angeline bahkan sampai mengganti ponsel untuk menghubungi nomor call center.
"Tetap saja nada sambungnya seperti mail box. Kalau kotak suara berarti enggak aktif kan. Kalau banyak yang nelepon, dalam antrean, berarti sibuk dong nadanya," ujar Angeline.
Tanpa berpikir panjang, Angeline dan orangtua Petra langsung bergegas pergi ke Lapas Kelas 1 Tangerang. Pihak keluarga tak menunggu berita.
"Sampai di sana yang kita cari, kan memang sudah lihat di stasiun TV ada posko untuk keluarga korban. Jadi kita cari posko keluarga korban, tanya-tanya," tambah Angeline.
Ayah Petra, Suhendar, kemudian masuk ke dalam antrean. Suhendar seketika menangis begitu bertemu dengan salah satu petugas.