Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Cairan Limbah Pabrik Pengolahan Sampah Plastik di Sungai Cisadane Disebut Tak Berbahaya

Kompas.com - 15/10/2021, 07:10 WIB
Tria Sutrisna,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGSEL, KOMPAS.com - Cairan limbah berwarna merah yang dibuang ke Sungai Cisadane oleh pabrik pengolahan sampah plastik di Kavling Serpong, Tangerang Selatan, Banten, disebut tak berbahaya.

Hal itu diketahui setelah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangerang Selatan (Tangsel) melakukan penyelidikan dengan mengambil sampel air hingga cairan limbah untuk diuji di laboratorium.

Di sisi lain warga setempat menyatakan, mereka kerap melihat cairan limbah yang dibuang pabrik pengolah sampah itu berganti-ganti warna, berbusa, hingga mengeluarkan bau tidak sedap. Pabrik itu disebut rutin membuang cairan limbah berwarna dan berbau tidak sedap ke Sungai Cisadane.

Baca juga: Cegah Pencemaran, Pemkot Tangsel Akan Tingkatkan Pengawasan Pabrik di Sekitar Sungai Cisadane

"Anak-anak sebenarnya sudah biasa (lihat). Rutin dia buang, beda-beda buangnya. Kadang warna coklat, warna-warni. Kadang berbusa," kata seorang warga setempat berinisial G pada 4 Okotber ini.

Menurut G, cairan limbah dibuang dengan mengalirkannya dari lokasi pabrik lewat pipa paralon ke sungai.

"Sebenarnya biasa, cuma kemarin parah banget. Sampai bau. Bau obat kan, dia juga mungkin pakai kimia. Namanya juga daur ulang plastik," ujar G.

Hasil laboratorium

DLH Tangerang Selatan kemudian melakukan penyelidikan terkait dugaan pencemaran oleh aktivitas pembuangan cairan limbah itu.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Tangerang Selatan, Budi mengatakan, pihaknya sudah mengambil sampel air dan cairan limbah di Sungai Cisadane. Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk memastikan apakah cairan tersebut mengandung zat yang dapat mencemari air di sungai.

"Pengambilan sampel dilakukan oleh UPTD Laboratorium DLH Kota Tangerang Selatan pada tanggal 3 Oktober 2021, dan Laboratorium Lingkungan Independen PT Kehatilab Indonesia pada tanggal 4 Oktober 2021," ujar Budi kepada Kompas.com, Kamis (14/10/2021).

Menurut Budi, dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa cairan berwarna merah yang dibuang pabrik pengolahan sampah plastik itu tak berdampak signifikan atau tidak berbahaya terhadap air di Sungai Cisadane. Pembuangan cairan limbah itu disebut hanya dilakukan sesaat oleh pabrik pengolahan sampah plastik tersebut.

"Dapat disimpulkan bahwa pembuangan pewarna sesaat, tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap air Sungai Cisadane di lokasi kegiatan," kata dia.

Pengawasan diperketat

Meski tidak membahayakan, Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan mengatakan, pembuangan limbah secara sembarangan dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan.

"Walaupun pada akhirnya tidak berbahaya kan tetap saja itu menyalahi. Apalagi kan membuang limbah apapun kan karena harus dikelola melalui IPAL (instalasi pengolahan air limbah) dan harus ada izinnya," ujar Pilar, Kamis.

Baca juga: Pemkot Tangsel Minta Pabrik Pengolahan Plastik di Sempadan Sungai Cisadane Pindah Lokasi

Untuk itu, Pilar menegaskan, pihaknya akan memperketat pengawasan aktivitas pabrik atau industri rumahan yang berada di sekitar Sungai Cisadane.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga akan membahas langkah-langkah strategis untuk mengosongkan sempadan Sungai Cisadane. Saat ini banyak berdiri bangunan di bantaran sungai itu.

"Ya Pak Wali Kota pastilah bakal bersurat dengan pihak yang terkait untuk bagaimana menggeser lokasinya," kata Pilar.

"Mudah-mudahan nanti ada langkah-langkah strategis untuk menggeser lokasi industri-industri, baik itu home industry ataupun industri berat dari pinggiran sungai," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com