Perserikatan Bangsa–bangsa menyebutkan tahun 2014, sebanyak 54 persen penduduk sudah tinggal di kota dan akan terus meningkat hingga mencapai 66 persen pada tahun 2050.
Mengapa kota amat memikat? Di mana ada gula, di situ ada semut. Sesederhana itu.
Kota adalah simpul utama dalam globalisasi ekonomi. Pendapat beberapa pakar, kota adalah kontributor sebenarnya dalam ekonomi negara karena aktivitas penyumbang pendapatan nasional utamanya berada di kota.
Kota ketiban untung dari berkumpulnya infrastruktur fisik, sumber daya manusia, serta teknologi komunikasi dan informasi yang mendukung pembangunan ekonomi.
Kota yang berdaya saing tinggi menjadi tujuan lokasi berpindahnya modal, manufaktur mutakhir, bakat-bakat terbaik, teknologi, turis, event dan warga kaya (Yananda dan Salamah, 2014).
Demikian juga dengan Jakarta. Posisinya tidak lagi bersaing dengan daerah lain di Indonesia, melainkan dalam kontestasi dengan kota-kota global.
Salah satu strateginya adalah dengan membangun citra dan reputasi yang positif, melalui city branding (penjenamaan kota).
Belakangan, Jakarta memperkenalkan jenama +Jakarta kota kolaborasi.
City branding adalah proses strategis untuk mengomunikasikan citra suatu kota atau daerah kepada seluruh pihak yang berkepentingan, termasuk di antaranya penduduk kota, turis, investor dan sebagainya (Raharjo, 2015).
Tujuan dari pemberian merek suatu kota, yaitu untuk meningkatkan daya saing dan memberikan citra lebih spesifik untuk mampu membedakan kota tersebut dengan kota lain (Hall, 2002 dalam Huh 2006; Roostika 2012).
Secara resmi, +Jakarta baru mulai ditetapkan pada 22 Juni 2020 lalu, tepat saat ulang tahun kota ini ke-493 ditandai dengan terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2020 tentang Penjenamaan Kota.
Sejak itu, berbagai atribut visual dengan logo +Jakarta banyak kita jumpai di berbagai sudut kota.
Bentuknya yang paling banyak adalah mural, yang biasanya juga mencantumkan identitas lokal (baca: kelurahan) yang mendahului logo +Jakarta.
Ada juga yang berbentuk instalasi besar seperti di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Jenama +Jakarta kota kolaborasi sejatinya mengandung nilai filosofis, yakni sebuah katalis dan ajakan untuk berkolaborasi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.