Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti ITB Sebut Sebagian Wilayah Jakarta Lebih Rendah dari Permukaan Laut: “Tertolong Tanggul”

Kompas.com - 08/12/2021, 13:01 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan bahwa sebagian wilayah pesisir Jakarta lebih rendah dari permukaan laut.

Artinya, wilayah ini semestinya sudah terendam air laut. Meski demikian, wilayah tersebut masih tetap kering karena terbantu oleh tanggul laut yang menahan laju air ke permukiman.

Dilansir itb.ac.id, lebih kurang 14 persen wilayah Jakarta sudah berada di bawah laut pada tahun ini.

Angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 28 persen pada tahun 2050. Beberapa tempat, seperti Muara Baru di Jakarta Utara, sudah turun sejauh satu meter.

“Jika usaha kita tidak maksimal, maka pada tahun 2050 penurunannya akan mencapai 4 meter,” ujar peneliti geodesi dan geomatika ITB Heri Andreas dalam sebuah webinar, Selasa (14/9/2021).

Baca juga: Potret Banjir Rob Jakarta, Inikah Awal Mula Tenggelamnya Ibu Kota?

Fenomena “tenggelamnya Jakarta” seperti yang digaungkan oleh sejumlah peneliti disebabkan oleh kombinasi dua faktor.

Faktor pertama adalah turunnya permukaan tanah akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan.

Sementara faktor kedua adalah naiknya level air laut akibat pemanasan global yang melelehkan gunung es di kutub utara serta selatan.

Merujuk data satelit yang dikumpulkan ITB selama 20 tahun, kenaikan permukaan air laut di perairan Indonesia diperkiraan sekitar 3 - 8 mm per tahun.

Proyek reklamasi di pesisir utara Jakarta diyakini memperburuk situasi.

Baca juga: Menengok Masjid Wal Adhuna di Muara Baru yang Jadi Saksi Bisu Tenggelamnya Jakarta secara Perlahan

Pakar kelautan ITB, Muslim Muin, mengatakan bahwa reklamasi di pesisir Jakarta akan menghalangi aliran sungai sehingga memperparah sedimentasi (pengendapan material yang terbawa air).

Imbasnya, endapan akibat sedimentasi akan menutup aliran sungai dan memperburuk banjir di Jakarta.

“Dengan reklamasi, laju air yang berasal dari darat akan tertahan. Ada pukau reklamasi yang menghalangi aliran sungai,” tegas Muslim dalam sebuah diskusi tahun 2017 lalu.

Masjid di Muara Baru yang jadi saksi bisu tenggelamnya Jakarta

Sebuah masjid yang dulu berdiri kokoh di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara menjadi saksi bisu bagaimana wilayah Ibu Kota perlahan tenggelam akibat naiknya level air laut dan turunnya permukaan tanah.

Ialah Masjid Wal Adhuna yang selama 12 tahun belakangan ini secara perlahan tenggelam dan kemudian menjadi bagian abadi dari laut utara Jakarta.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Potret Banjir Rob Jakarta | Adu Mulut antara Anggota DPRD DKI dan Direksi PT Transjakarta

Masjid ini berlokasi tepat di balik tanggul besar penahan air laut di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Air sudah menggenangi separuh dari bangunan masjid. Cat putih pada dinding sudah mengelupas digantikan lumut-lumut yang tumbuh subur.

Seng pada atap masjid juga sudah hancur. Berbagai jenis sampah yang terbawa arus tersangkut di sisi-sisi masjid.

Melihat kondisi demikian, siapa sangka bahwa dahulunya Masjid Wal Adhuna merupakan salah satu pusat ibadah di kawasan Sunda Kelapa.

Dahulu, ratusan jamaah rutin menunaikan ibadah shalat lima waktu di sana. Terlebih di momen shalat Jumat dan Hari Raya.

Baca juga: Pemprov DKI Upayakan Proyek Tanggul NCICD Berlanjut demi Cegah Banjir Rob

Safrizal, seorang petugas keamanan yang sudah bekerja di kawasan tersebut sejak 1998, mengatakan bahwa masjid itu sudah ada di sana sejak ia ditugaskan.

Mulanya, Wal Adhuna dibangun sebagai tempat ibadah bagi pekerja di sekitar pelabuhan. Lambat laun, warga sekitar juga mulai menjadi jamaah masjid tersebut.

“Karena cukup aktif akhirnya warga dilibatkan sebagai pengurus masjid. Jadi jemaahnya ada yang dari pelabuhan dan ada yang dari warga,” tutur Safrizal, Kamis (6/2/2020) lalu.

Masjid Wal Adhuna menjadi sangat ramai di bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Idul Adha, Safrizal menambahkan.

Banjir rob besar yang terjadi di daerah tersebut membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun tanggul yang tingginya kurang lebih lima meter di kawasan Sunda Kelapa.

Tanggul itu dibangun di belakang masjid, menutup akses menuju rumah ibadah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com