Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Miris Warga Kampung Bayam yang Tinggal di Pinggir Rel Kereta akibat Tergusur Proyek JIS

Kompas.com - 07/01/2022, 20:03 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek megah Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, menyimpan cerita menyedihkan dari warga yang tinggal di sekitar stadion bertaraf internasional tersebut.

Di antara kemegahan stadion yang tengah dibangun Pemprov DKI Jakarta tersebut, tampak deretan gubuk berdinding tripleks dan beratap seadanya yang menjadi pemandangan lain.

Gubuk-gubuk itu didirikan di tepi rel kereta api. Penghuninya didominasi warga yang merupakan pemulung.

Beberapa penghuni yang tinggal di gubuk-gubuk seadanya itu tetap harus membayar uang sewa kepada pemiliknya yang juga pemulung.

Wahyu Widiawati (39) mengatakan, dirinya sudah lama tinggal di wilayah Kampung Bayam.

Namun, akibat pembangunan JIS, sebagian warga tergusur dari permukimannya.

Baca juga: Wali Kota Sebut Warga Kampung Bayam yang Digusur akibat Proyek JIS Sudah Diberikan Kompensasi

Wahyu adalah salah satu warga yang tetap bertahan dengan tinggal di bedeng-bedeng tersebut.

"Sebagian dari sini ada yang udah pindah, sebagian (tinggal) di sini. Di sini banyakan orang yang susah-susah," kata Wahyu saat ditemui Kompas.com, Kamis (6/1/2022).

Wahyu mengatakan, warga yang telah pergi dari Kampung Bayam pun tersebar.

Mereka, kata Wahyu, tetap mencari tempat tinggal dengan harga sewa yang murah.

"Kalau di sini Rp 250.000, itu juga bisa dicicil. Cicil Rp 10.000 sehari juga mau," kata Wahyu.

Wahyu mengatakan, belum lama ini, seluruh warga yang ada di bantaran rel kereta didata oleh pihak kelurahan.

Wahyu tidak tahu pendataan tersebut untuk apa, akan tetapi semua orang telah didata.

Baca juga: Anies Bangga Proyek JIS Tak Serap Dana Hadiah Perusahaan, Benarkah?

Jika pendataan tersebut untuk keperluan relokasi ke rumah susun (rusun), Wahyu mengaku akan menerimanya.

"Maulah kalau pindah rusun. Di sini semua janda, kerjanya mulung, alhamdulillah kalau dikasih rusun. Mau," kata Wahyu.

Hal senada juga disampaikan Sutrisno (58).

Dia mengaku tinggal di bedeng setelah pembangunan proyek stadion berjalan sekitar 40 persen.

"Kemarin baru didata, ini juga disuruh ke kelurahan. Kurang tahu pendataan buat rusun atau bukan. Yang mendata dari kelurahan sama kamtib," kata Sutrisno.

Selain itu, Sutrisno juga tidak tahu apakah ada ganti rugi yang akan diterima warga nantinya terkait penggusuran karena proyek JIS.

Menurut dia, sejauh ini warga baru diminta mengisi formulir.

"Saya ikuti dari pemerintah saja. Kalau suruh pindah, ya ikut pindah," ujar Sutrisno.

Baca juga: Warga Kampung Bayam Gusuran JIS Tinggal di Pinggir Rel, Wali Kota: Harus Koordinasi dengan PT KAI

Koordinasi dengan PT KAI

Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim mengatakan, harus ada koordinasi dengan PT KAI terkait dengan warga gusuran Kampung Bayam yang bertahan dengan mendirikan bedeng di pinggir rel kereta.

"Kita perlu berkoordinasi dan kerja sama dengan semua pihak karena lokasi yang dimaksud termasuk dalam kawasan PT KAI," kata Ali di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Jumat (7/1/2022).

"Oleh karena itu kami minta PT KAI juga bisa sesegera mungkin menindaklanjuti supaya kawasan itu menjadi lebih indah dan tertata," lanjut dia.

Ali mengatakan, duduk bersama membahas hal tersebut dengan PT KAI perlu segera dilakukan.

Sebab, kata dia, tidak mungkin langsung ada penindakan represif kepada warga yang bermukim di sana.

"Jadi kita buka dialog terus. Saya harap ini juga bisa dicarikan solusi bersama, pengertian di lokasi tersebut bahaya dan bukan peruntukkannya harus dimengerti semua pihak," kata dia.

Apalagi, ujar Ali, masih ada beberapa rumah susun (rusun) yang lebih layak untuk tempat warga tersebut tinggal.

Baca juga: Gubernur Anies Baswedan Nikmati Senja Terakhir 2021 dari Ketinggian 72 Meter Puncak JIS

Rencana relokasi ke kampung susun

Salah satu alasan warga bertahan dengan membangun atau menyewa bedeng di pinggir rel kereta api tepat di depan bangunan JIS itu adalah karena tidak punya tempat tinggal dan belum menerima kompensasi.

Menanggapi hal tersebut, Ali mengatakan bahwa penataan Kampung Bayam masuk ke dalam penataan beberapa kampung di Jakarta Utara.

Konsep kampungnya pun tidak menghilangkan kampung, tetapi menata kampungnya.

"Oleh karena itu, Kampung Bayam nanti akan dibangun dengan konsep susun. Sementara ini dalam proses persiapan untuk pembangunan dan sudah didata untu para warga yang akan menghuni," kata Ali.

Menurut Ali, sudah ada sebagian warga yang masuk ke dalam program penataan di lokasi tersebut.

Dengan demikian, warga pun diharapkan bisa bersabar karena proses pembangunannya segera dilakukan.

Baca juga: KALEIDOSKOP 2021: Pembangunan Infrastruktur Paling Disorot di Jakarta, JIS hingga Tugu Sepeda yang Dikira Mangkrak

"Jadi sabar saja, nanti juga mereka akan mendapat fasilitas yang memang terdata sejak awal," ucap dia.

Selain itu, Ali juga mengklaim bahwa warga Kampung Bayam yang digusur akibat proyek pembangunan JIS telah mendapat ganti rugi atau kompensasi.

Menurut Ali, kompensasi kepada warga diberikan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku perusahaan yang bertanggung jawab dalam pembangunan JIS.

"Ganti rugi atau kompensasi itu sudah diberikan oleh PT Jakpro. Oleh karena itu, saya harus pastikan karena seingat saya dan sesuai laporan itu sudah ada ganti ruginya dalam bentuk kompensasi," kata dia.

Ali mengatakan, apabila ada pernyataan warga Kampung Bayam gusuran proyek JIS yang mengaku tidak mendapatkan ganti rugi, maka harus dicek kembali ke warga bersangkutan maupun data pemkot.

Bukan Warga Kampung Bayam

Sementara itu, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Jakpro Nadia Diposanjoyo mengatakan, mereka yang berada di bedeng-bedeng pinggir rel kereta tersebut bukan merupakan warga Kampung Bayam.

Menurut dia, warga Kampung Bayam terdapat 642 kepala keluarga (KK) dan sudah melalui proses permukiman kembali.

"Ini warga luar yang masuk ke sana dan seolah-olah bagian dari Kampung Bayam," ujar Nadia dalam klarifikasinya.

Berdasarkan data rekapitulasi penerima dana permukiman kembali dari PT Jakpro per 18 Agustus 2021, terdapat 627 KK yang merupakan jumlah warga Kampung Bayam berdasarkan data konsultan dan ada 15 KK yang berasal dari verifikasi susulan.

"Jumlah total warga penerima dana permukiman kembali ada 642 KK," kata dia.

Dia juga memastikan bahwa seluruh warga Kampung Bayam yang terkena proyek penggusuran JIS telah selesai menerima dana permukiman tersebut.

Penataan Kampung Bayam

Sebelumnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, penataan Kampung Bayam yang terdampak pembangunan JIS sudah dimulai sejak Desember 2021.

Riza menjelaskan, penataan kampung yang digusur karena pembangunan JIS itu diperkirakan selesai pada Maret 2022.

"Ya penataan Kampung Bayam itu sudah mulai Desember 2021-Maret 2022," ucap Riza saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (4/1/2022) malam.

Riza menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta sudah menugaskan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk penataan tersebut.

Dalam penataan itu, ada 135 unit rumah yang akan dibangun agar kawasan JIS bisa tertata dengan baik sebagai ikon baru Kota Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com