"Pokoknya menurun penjualannya. Turunnya drastis banget, paling rata-rata 10 orang masuk (ke karaoke per hari)," kata Hidayat.
Sebelum pandemi, tutur Hidayat, jumlah pengunjung karaoke koin bisa mencapai 70 hingga 80 orang per hari.
"Sekarang kan dibatasi juga, yang masuk ke dalam cuma 25 orang. Dulu mah enggak ada batasnya, satu ruangan bisa lima orang, sekarang kan cuma dua hingga tiga orang," ujar Hidayat.
Salah satu penjual jajanan, Zakaria (40), juga merasakan dampak sepinya mal. Mau tidak mau, ia harus mengurangi dagangannya.
"Dulu dagangan saya mah banyak, kriuk camilan apa, belanja sampai 1.000 pieces. Sekarang semenjak Covid-19 yang (gelombang) pertama tuh udah bau tengik semua dagangan karena enggak laku," ujar Zakaria.
"Tadinya banyak camilan, sekarang dagang begini aja apa adanya," imbuh Zakaria.
Sambil memegang kepala, staf promosi PTC Zainal mengatakan bahwa kondisi perekonomian mal memang sudah hancur.
"Yang pasti sih hancur, ya pasti pahamlah semuanya," kata Zainal saat ditemui di kantornya.
Namun, ia enggan berkomentar lebih lanjut soal sepinya mal karena dirinya hanya staf promosi.
"Bisa dilihat sendiri lah di lapangan," ucap Zainal.
Baca juga: Ada Klaster Covid-19 di Krukut Tamansari, Ratusan Warga Akan Jalani Tes Massal
Zainal menyebutkan, pihaknya hanya bisa menaati peraturan pemerintah selama pandemi. PTC kini tinggal menunggu akhir.
"Udah sepi dicampur Covid-19 lagi, ya udah sih, kami nunggu (akhir)," ucap Zainal.
"Kami jalanin aja yang udah ada, karena kami juga bingung," tutur Zainal.
Hal yang sama juga diungkapkan Hidayat. Yang ia bisa lakukan hanya menjalani pekerjaannya.
"Pokoknya mah jalanin ajalah. Entah ke depannya gimana, kita kan enggak tahu," kata Hidayat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.