Direktur Utama PT Transjakarta Yana Aditya memaparkan, ada 502 kecelakaan yang dialami oleh bus transjakarta sepanjang Januari-Oktober 2021.
Kecelakaan paling banyak disebabkan bus transjakarta menabrak obyek tertentu atau kecelakaan tunggal, yakni 88 persen dari total kecelakaan. Kemudian, 12 persen lainnya, bus transjakarta ditabrak atau diserempet oleh kendaraan lain.
Baca juga: 502 Laka Bus Transjakarta pada Januari-Oktober, KNKT: Melebihi Batas Toleransi
Karena seringnya Bus Transjakarta mengalami kecelakaan tahun lalu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun sampai turun tangan. Komite itu memberikan rekomendasi kepada PT TransJakarta untuk membantu mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi pada bus transjakarta.
Salah satunya, KNKT merekomendasikan adanya penambahan struktur dalam PT TransJakarta.
"Perlu ada penambahan satu struktur lagi yaitu satu departemen yang khusus memiliki tugas dan fungsi mengelola manajemen risiko serta memberikan jaminan keselamatan," kata Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Ahmad Wildan dalam konferensi pers Desember tahun lalu,
Menurut Wildan, struktur tersebut sudah ada tetapi masih terlalu kecil sehingga perlu ditingkatkan paling tidak sama dengan direktorat. Direktorat tersebut berada di bawah direktur utama dan dipimpin lagi oleh seorang direktur.
Selain itu, KNKT juga melakukan evaluasi mendalam untuk memastikan kelaikan kendaraan melalui proses procurement terhadap sistem operasional prosedur (SOP) yang digunakan PT TransJakarta.
Wildan mencontohkan adanya penggunaan teknologi di bus transjakarta, sehingga saat ini diperlukan standar dan prosedur yang adaptif terhadap perkembangan teknologi tersebut.
Sementara itu, rekomendasi terkait keselamatan lintasan, KNKT bersama manajemen PT TransJakarta telah melakukan pemetaan terhadap 13 lintasan bus rapid transit (BRT) transjakarta. Dari pemetaan tersebut ditemukan hazard atau bahaya dalam lintasan, untuk itu perlu dilakukan pemetaan yang lebih komprehensif dan lebih luas.
"Tidak hanya 13 koridor tetapi juga menyangkut lintasan non-BRT. Pasti ada lagi," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.