Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Pertamax Eceran, Selisih Seribu Rupiah tapi Tetap Dibeli Mereka yang Ogah Antre di SPBU

Kompas.com - 07/04/2022, 15:00 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Aturan resmi Pertamina mengenai pelarangan pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite menggunakan jeriken menimbulkan berbagai dampak di masyarakat.

Salah satunya, yakni pedagang eceran tidak bisa menjual BBM jenis pertalite dan hanya menjual pertamax.

Kosongnya stok pertalite di pom mini BBM eceran nyatanya ikut memengaruhi pengeluaran pengguna kendaraan bermotor bernama Tuti (35).

Dia mengeluhkan harga pertamax yang naik menjadi Rp 12.500 di SPBU dan dijual kembali di pom mini BBM eceran dengan harga selisih seribu lebih mahal.

Baca juga: Pedagang BBM Eceran Gigit Jari Gagal Lobi Petugas SPBU untuk Beli Pertalite Pakai Jeriken

"Parah banget ya apa-apa naik. Ini naik (pertamax), minyak goreng juga naik," ujar Tuti saat ditemui di Jalan Aria Putra, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (7/4/2022).

"Tapi mending beli di sini (eceran), daripada di SPBU ngantre. Saya sih pertalite, pertamax, apa saja. Kebetulan minyak (BBM) saya lagi habis juga," lanjutnya.

Selain Tuti, seorang warga bernama Hendra mengaku terpaksa membeli pertamax di pedagang eceran karena sedang terburu-buru dan tidak sempat untuk mengantre di SPBU.

"Saya enggak tahu kalau kosong (pertalite). Ya terpaksa mau gimana lagi, saya juga buru-buru," ucap Hendra.

Masih di lokasi yang sama, terdapat beberapa pelanggan yang tidak jadi membeli pertamax di pedagang BBM eceran.

Baca juga: Soal Kenaikan Harga Pertamax, Bos Pertamina: Kami Memahami Kesulitan Masyarakat, Tapi...

Alasannya karena mereka lebih memilih membeli pertalite yang harganya lebih murah.

"Enggak jadi (beli) mau ke SPBU saja nyari pertalite, lebih murah," pungkasnya.

Pedagang BBM eceran Sujibto (28) mengaku kehilangan beberapa pelanggannya karena mayoritas mencari pertalite.

"Selain harganya melambung, orang-orang (pembeli) juga tanggapannya macam-macam, ngeluh katanya enggak kuat beli bang pertamax," ujar Sujibto menirukan ucapan pelanggannya.

Saat hendak membeli pertalite tadi pagi, pihak SPBU mengatakan kepadanya bahwa sudah tidak diperbolehkan lagi untuk jual beli menggunakan jeriken.

Baca juga: Harga Pertamax Naik, Pengendara Motor Beralih ke Pertalite dan Rela Antre di Bawah Terik Matahari

Sujibto akhirnya hanya membeli pertamax. Harga pertamax dari SPBU yaitu Rp 12.500 dijual kembali seharga Rp 13.500 olehnya.

"Cuma ngambil seribu (untung). Kalau bagi kami sebagai pedagang eceran merasa selain omzet menurun, kadang orang-orang (pembeli) enggak semua mau. Soalnya di SPBU masih ada, makanya omset kami itu menurun," jelasnya.

Biasanya, sudah ludes 2 jeriken pertalite sejak warungnya buka pada pukul 06.00 WIB hingga siang sekitar pukul 10.00 WIB.

Namun, karena stok pertalite kosong, hari ini ia belum mencapai penjualan 1 liter BBM.

"Ini saja sudah ketahuan. Kalau masih ada pertalite habis 4 jerikan dalam sehari, 3 jeriken pertalite 1 jeriken pertamax," ungkap Sujibto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com