JAKARTA, KOMPAS.com - Kemeriahan perayaan Idul Fitri 1443 Hijriah yang dirasakan banyak orang tidak hinggap pada warga sekitar Pasar Gembrong, Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, Jakarta Timur.
Bagaimana tidak, sepekan sebelum hari kemenangan bagi umat Islam, si jago merah melalap setidaknya 400 rumah di kawasan tersebut hingga nyaris rata dengan tanah.
Tak ada yang tersisa selain rasa pilu warga yang terpaksa tinggal di tenda pengungsian hingga saat Lebaran tiba.
Setidaknya itulah yang dirasakan Tira (32), seorang istri dari ketua rukun tetangga (RT) sekaligus satu dari sekian banyak warga yang rumahnya terdampak dari musibah kebakaran tersebut.
Baca juga: Warga Terdampak Kebakaran Pasar Gembrong Masih Trauma, Belum Mampu Buka Dapur Umum
Sambil menenangkan anaknya yang menangis, kepada Kompas.com, Tira menceritakan kembali detik-detik saat api melalap habis rumahnya dan tetangganya.
"Enggak sempat evakuasi apa-apa karena itu kebakaran cepat banget, dua rumah dari rumah saya, api tiba-tiba gede jadi enggak sempet," tutur dia di tenda darurat pengungsian di Pasar Gembrong, Selasa (2/5/2022).
Hanya dalam waktu kurang dari lima jam, rumah yang sudah ditinggali selama lebih dari 20 tahun itu habis dilalap api.
Menghadapi kenyataan pahit itu, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menjalani hari-hari berikutnya dengan memunculkan rasa ikhlas.
Baca juga: Warga Terdampak Kebakaran Pasar Gembrong Membutuhkan Bantuan Tenaga Medis
"Hati saya sangat sedih, enggak bisa diungkapkan. Tapi saya mau jalan terus," pasrah Tira.
Tidak berbeda dengan kondisi yang dialami Tira, seorang pemuda bernama Novriandi juga menceritakan hal yang sama.
Sambil diiringi dengan alunan musik dangdut yang diputar keras sebagai pelipur lara, Novriandi bertutur bahwa musibah kebakaran yang terjadi di tempat tinggalnya mengubah hidupnya hingga 180 derajat.
Rencananya, untuk mudik dan berziarah ke kampung halamannya di Indramayu, Jawa Barat, saat hari raya Lebaran terpaksa dibatalkan lantaran tempat tinggalnya habis dilalap api.
"Aslinya Indramayu, mau ziarah tadinya ke sana, tapi kayak gini (kebakaran), jadi ditunda aja," kata dia.
Baca juga: Warga Pasar Gembrong Tunaikan Shalat Id di Kolong Tol Becakayu
Ditempatkan di tenda pengungsian, ia merasa kurang nyaman.
Kekompakan warga yang juga ikut terdampak menjadi satu-satunya penyemangat bagi dirinya menghadapi cobaan tersebut.
Novriandi mengaku bahwa tidak ada keinginan lain yang ia harapkan selain kejelasan bantuan dari pemerintah.
"Mungkin (kebakaran) ini takdir. Enggak ada yang tahu. Tapi saya berharap cepat-cepat pemerintah membantu, biar kayak dulu lagi. Cepat-cepat warga di sini dibantu," harap Novriandi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.