Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bocah Penyiram Makam, Raup Rp 1 Juta Saat Lebaran, Uangnya Dibelikan HP untuk Sekolah...

Kompas.com - 07/05/2022, 11:28 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bocah-bocah berlarian di antara kuburan-kuburan yang terletak di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat.

Sembari membawa ember dan teko berisi air, bocah-bocah itu berlarian menuju kelompok-kelompok peziarah yang baru saja tiba di pemakaman.

Naufal (11) dan Indra (16) merupakan dua dari seratus lebih anak dan remaja yang menjajakan jasa menyiram kuburan.

"Di sini kerjanya nyiram kuburan sama ngebersihin rumput. Bantu nyariin letak kuburan juga. Kadang kalau peziarahnya perlu ustaz, ya saya bantu manggilin ustaz, atau manggilin tukang pacul juga," kata Naufal.

Baca juga: Bantu Peziarah Saat Lebaran, Bocah Penyiram Makam Kumpulkan Rp 1 Juta Sehari

Naufal dan Indra sudah sekitar lima tahun menawarkan jasa tersebut di TPU Tegal Alur. Naufal yang masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar ini biasa datang setiap hari sepulang sekolah.

Sementara itu, Indra sudah putus sekolah. Indra kini membantu menjaga dan membersihkan sebuah masjid di sekitar sana. Jika masjid sudah bersih, Indra pun datang setiap hari ke TPU.

Dengan bekerja menjadi penyiram kuburan, Indra mengaku bisa mendapat uang untuk memenuhi keperluan sehari-hari.

Indra mengatakan, peziarah yang ia bantu biasanya memberikan sedikit uang sebagai ucapan terima kasih.

"Dikasih uang, seikhlasnya. Kadang Rp 5.000 atau Rp 10.000. Kadang enggak jarang juga enggak dikasih, tapi pernah dikasih gocap (Rp 50.000)," kenang Indra sembari tersenyum.

Baca juga: Pemudik dari Pelabuhan Tanjung Priok Tak Sampai 9.000 Orang

Selama bekerja sebagai penyiram kuburan, Indra mengatakan, dalam sehari biasanya dia mendapat total upah Rp 50.000.

"Saya Lebaran kemarin dapat Rp 50.000 sehari. Kalau Lebaran sebelum corona bisa Rp 100.000," kata Indra.

Indra menceritakan, Lebaran tahun ini terasa berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Selama dua tahun terakhir, para bocah penyiram kuburan hanya bisa membantu peziarah di blok pemakaman non-Covid-19.

"Kalau selama corona itu kami bisa nyiram, tapi cuma di blok khusus yang bukan corona. Soalnya yang blok corona itu dijagain polisi sama digaris polisi juga," ungkap Indra.

Raup Rp 1 juta sehari

Naufal (11) dan Indra (16) bocah penyiram kuburan di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat.Kompas.com/MITA AMALIA HAPSARI Naufal (11) dan Indra (16) bocah penyiram kuburan di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat.
Berbeda dengan Indra, Naufal lebih beruntung kali ini. Pada Lebaran kali ini, Naufal bersyukur karena seperti mendapat durian runtuh.

"Saya Lebaran pertama kemarin tuh bisa dapat Rp 1 juta, hari kedua (dapat) Rp 300.000, padahal Lebaran sebelum corona cuma dapat Rp 200.000 paling banyak. Tapi itu kalau saya datang jam 07.00 pagi sampai habis Maghrib," kata Naufal sambil tersenyum bangga.

Baca juga: Kota Tua Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit, Jumlah Pengunjung Selalu di Atas 10.000

Naufal mengaku baru pertama kali memegang uang sebanyak itu. Apalagi, uang tersebut dihasilkan dari jerih payahnya sendiri.

Uang tersebut kemudian diberikan kepada sang ibu. Oleh sang ibu, uang tersebut dikembalikan kepada Naufal dalam bentuk ponsel untuk digunakan sekolah.

Pengalaman saat bekerja di TPU

Selama menjalani pekerjaan yang berlokasi di kawasan pemakaman, Naufal mengaku memiliki pengalaman menyeramkan.

Bocah dengan senyum manis ini mengaku pernah seperti melihat sosok menyeramkan di atas pohon di antaran makam.

Merasa ketakutan, Naufal dan temannya segera melarikan diri. Namun, lantaran kompleks pemakaman sangat luas, Naufal membutuhkan waktu lama untuk tiba di jalan depan.

"Kan jauh dari jalan, jadi lewatin kuburan-kuburan. Karena ketakukan, saya jatuh, berapa kali. Kesandung kuburan. Teman saya juga begitu," kenang Naufal sambil tertawa.

Baca juga: Pengakuan Pria Korban Pengeroyokan di Cipete: Pelaku Datang, Saya Maafin, tapi...

Selain itu, Naufal dan Indra mengaku pernah mengalami kenangan yang menyedihkan saat bekerja di pemakaman.

Suatu hari, masing-masing nenek tercinta dikabarkan meninggal dunia saat mereka sedang bekerja.

"Tiga bulan lalu, waktu itu lagi nyiram, tiba-tiba dikasih tahu kalau nenek meninggal. Sedih, enggak sempat ketemu," kenang Naufal.

"Kalau saya sudah agak lama, waktu itu lagi nyapu. Tiba-tiba bapak saya datang, dikabarin kalau nenek sudah enggak ada. Saya dulu sempat tinggal sama nenek, sekarang nenek dikubur di sini," ungkap Indra sembari menahan air matanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com