Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dan Asa Mereka yang Merantau ke Ibu Kota...

Kompas.com - 11/05/2022, 14:36 WIB
Ihsanuddin

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Ibu Kota masih jadi magnet bagi pencari kerja dari berbagai daerah, khususnya setelah kasus Covid-19 kini melandai.

Jumlah pendatang baru pasca-Lebaran diprediksi mencapai 50.000 orang atau bakal menyentuh angka 200.000 orang di akhir tahun nanti.

Kemampuan dan mental dibutuhkan untuk berkompetisi di saat masih ada warga Jakarta yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi.

Baca juga: Usai Lebaran, Warga Pendatang Baru di Jakarta Selatan Diprediksi Mencapai 50.000

Selasa (10/5/2022) siang, bus antarkota antarprovinsi hilir mudik di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Sambil celangak-celinguk, Adarian (17) menghubungi kenalan yang akan mengantarnya ke kawasan Citra 7 di Kalideres, Jakarta Barat.

Menurut rencana, pemuda asal Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten, ini akan bekerja menjaga empang milik juragan di Citra 7 dengan upah Rp 1,1 juta per bulan.

”Ditawarin teman jaga empang. Lumayan gajinya gede ketimbang di kampung susah cari kerja,” ujar lulusan SMP yang putus sekolah ketika menginjak bangku kelas II SMA itu, dilansir dari Kompas.id.

 

Sebelum ke Ibu Kota, dia sempat bekerja sebagai pencuci kendaraan bermotor di Pandeglang.

Pekerjaan dengan upah Rp 10.000 per sepeda motor dan Rp 20.000 per mobil itu hanya dilakoninya sebentar karena ingin mencari pengalaman di kota.

Baca juga: Tak Ada Operasi Yustisi untuk Pendatang Baru, Pemprov DKI: Jakarta untuk Semua

Petualangan pertamanya ke Jakarta dimulai tahun 2021 sebagai pekerja konveksi selama dua bulan.

Di situ ia merasakan ”capek bukan main” lantaran sering begadang untuk lembur tanpa kenaikan upah.

Ia kemudian pulang kampung dan menjadi kuli panggul pasir di Kota Serang.

Pekerjaan ini juga hanya sebentar dijalaninya karena tidak tahan teriknya matahari dan bayarannya hanya Rp 50.000 per satu pikap.

”Makanya, saya tidak pikir panjang untuk terima tawaran kerja di empang,” katanya sembari merokok dan mengecek gawai.

Bagi jejaka yang dulu bercita-cita jadi atlet voli itu, upah dan mendapat tempat tinggal dekat empang sudah cukup untuk meringankan beban orangtua, serta dua adiknya yang masih SD dan usia balita.

Kondisi itu membuatnya menyisihkan Rp 500.000 untuk mereka setiap bulannya.

Baca juga: Pasien Suspek Hepatitis Akut di RS Swasta Bekasi adalah Warga Jakarta

Di tempat lain di sudut Terminal Kalideres, Khairul Anwar (32) tengah menyeruput kopi.

Lelaki asal Lampung Timur ini meninggalkan istri dan dua anak berusia 1 tahun dan 3 tahun untuk bekerja sebagai kuli bangunan di Pluit, Jakarta Utara.

”Mau tidak mau harus merantau cari kerja karena putus sekolah. Sekarang tinggal penyesalan yang selalu datang terakhir,” ujarnya.

Khairul putus sekolah di kelas II SMP. Ia tergiur uang Rp 50.000-Rp 70.000 sebagai sopir tembak setiap pulang sekolah dan liburan.

Setelah itu, ia melanglang ke Makassar dan Toraja di Sulawesi, Bali, Padang, dan Palembang, Lebak di Banten, dan Jakarta. Di berbagai kota itu pekerjaannya mulai dari buruh bangunan hingga buruh tani.

”Cita-citanya pengin punya usaha sendiri. Untuk sekarang, modalnya masih tenaga untuk kerja apa saja,” katanya.

Baca juga: Tragedi Balita Tewas Tenggelam di Taman Herbal Insani Depok, Pengelola Akui Ada Penjaga Kolam Tak Bisa Berenang

Keputusan merantau ke kota metropolitan turut ditempuh Randi Septian (26), yang keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan hotel di Palembang, setahun lalu.

Hingga kini, dia belum mendapatkan pekerjaan meskipun sudah melamar di hotel-hotel dan beberapa perusahan lain.

Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Randi bertanggung jawab membantu meringankan perekonomian keluarga karena ayahnya sudah meninggal empat tahun lalu.

Sementara ibunya membuka warung makan kecil yang tak cukup untuk biaya SMP anak ketiga dan kuliah anak kedua.

”Aku siap, apa pun itu risiko, kehidupan baru, adaptasi, hingga segala tantangan nanti di Jakarta. Diam saja di rumah tak membantu, lebih baik tekad dan nekat,” ujarnya yang berbekal ijazah D-3 perhotelan, saat ditemui di kapal penyeberangan menuju Pelabuhan Merak, Minggu (8/5/2022) siang.

Baca juga: 30 Persen Pemudik Belum Kembali ke Jakarta hingga Kemarin

50.000 Pendatang Baru

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta memprediksi jumlah warga pendatang baru yang masuk ke Ibu Kota seusai Lebaran 2022 mencapai 20.000 orang sampai 50.000 orang.

Prediksi ini merujuk data jumlah kedatangan warga baru selama masa arus balik Lebaran 2018 dan 2019, sebelum pandemi Covid-19.

Pada 2019, misalnya, seusai Lebaran, jumlah pendatang baru di Jakarta mencapai 35.000 orang.

”Kami melihat di 2022 ini jumlah pemudiknya semakin banyak dan fenomenanya sama dengan 2019,” kata Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta Budi Awaludin saat dihubungi, Selasa (10/5) sore.

Baca juga: Pemkot Tangsel Akan Lakukan Pendataan terhadap Pendatang Baru Usai Mudik Lebaran

Menurut Budi, jumlah warga pendatang baru ke Jakarta hingga akhir 2022 nanti diperkirakan bakal menyentuh angka 200.000 orang atau cenderung sama dengan tren kedatangan warga baru di masa sebelum pandemi.

Pada 2018, jumlah warga pendatang baru selama satu tahun 171.000 orang. Sementara pada 2019 jumlah pendatang baru meningkat menjadi 212.000 orang.

Kedatangan warga ke Jakarta hanya menurun selama masa awal pandemi Covid-19 mewabah di Tanah Air. Saat itu, pada 2020, jumlah warga pendatang baru 126.000 orang dan pada 2021 mencapai 151.000 orang.

”Bagi mereka yang masuk ke Jakarta, kami sampaikan bahwa Jakarta itu milik semua. Silakan menyesuaikan kondisi di Jakarta. Persiapkan skill dan mental untuk berkompetisi di kota ini,” kata Budi.

Baca juga: Tilang Ganjil Genap di Jakarta Kembali Berlaku, Berikut Ruas Jalan yang Terapkan Aturannya

Mental dan kemampuan memang dibutuhkan untuk berkompetisi dan hidup layak di Jakarta. Selama pandemi, banyak warga Jakarta turut kehilangan pekerjaan.

Jika merujuk data Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, dari total 5,1 juta angkatan kerja di Jakarta, ada 439.899 pengangguran terbuka pada 2021.

BPS DKI Jakarta mencatat ada tren penurunan tingkat pengangguran terbuka di Jakarta.

Selama periode Agustus 2020 sampai Agustus 2021, lapangan kerja yang ada di Jakarta sudah berhasil mengurangi 42.000 pengangguran dan menyerap 36.000 tenaga kerja baru.

Berita ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Kompetisi Pencari Kerja di Ibu Kota Bakal Sengit Lagi"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com