Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPS Ilegal di Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi Ditutup, Diduga Sebabkan Gagal Panen

Kompas.com - 17/05/2022, 20:30 WIB
Joy Andre,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersama dengan unsur Muspika dan Satpol PP Kabupaten Bekasi menutup Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ilegal di Kampung Kobak Rante, Desa Karang Reja, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Selasa (17/5/2022).

Kepala Bidang Pengendalian dan Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi Eddy Sirotim menjelaskan, TPS tersebut ditutup karena menimbulkan berbagai masalah.

"Apa yang dilakukan Muspika, kami support. Jangan sampai membuat lahan kita menjadi tempat pembuangan sampah liar ilegal," ucap Eddy kepada wartawan, Selasa (17/5/2022).

Pada saat dilakukannya penutupan tersebut, instansi yang terlibat memasang pelang yang melarang TPS ilegal itu untuk tidak kembali beroperasi.

Tertulis pula sanksi yang akan dijatuhkan kepada pihak-pihak yang melanggar aturan tersebut.

Baca juga: Anggota DPRD Bingung Mengapa Pemprov DKI Sering Gunakan Istilah Genangan Saat Terjadi Banjir

Eddy juga turut menjelaskan bahwa saat ini DLH Kabupaten Bekasi sedang menggalakkan program bank sampah di sejumlah wilayah sehingga sampah bisa memiliki nilai ekonomis.

"Program kami memberdayakan masyarakat membuat bank sampah. Dikumpulkan, diolah dan dimanfaatkan. Nah residunya, nanti itu yang dibuang ke TPA Burangkeng. Bukan ditumbun, ditumpuk atau dibakar karena tidak boleh dibakar," katanya.

Sementara itu, Camat Pebayuran Hanief Zulkifli yang ikut menghadiri acara penutupan TPS itu menuturkan, pihaknya langsung melakukan pengecekan ke tempat tersebut setelah menerima aduan dari masyarakat pada Jumat (13/5/2022) lalu.

Kala itu, pihaknya langsung mengambil sampel air lindi untuk dibawa ke laboratorium untuk mengetahui kandungan air di sana yang diduga mengakibatkan puluhan hektar sawah gagal panen.

"Beberapa petak sawah jadi gagal panen, sehingga kami ambil langkah dengan DLH untuk ambil air lindi sampah ini untuk dicek ke laboratorium," kata Hanief.

Baca juga: Anggota DPRD Kebingungan, Pemprov DKI Jelaskan Perbedaan Genangan dan Banjir

Sementara itu, Kepala Desa Karang Reja Midi Edys mengaku pihaknya kerap memperingatkan pengelola, bahkan sempat melakukan penutupan.

Namun, pengelola seakan tidak mengindahkan peringatan tersebut sehingga pemdes melakukan pengaduan ke Muspika Pebayuran, DLH dan Satpol PP agar melakukan tindakan tegas.

"Enam atau tujuh bulan lalu kami sudah melakukan penutupan, tapi besoknya pelang itu sudah enggak ada lagi. Saya dari awal proyek pas 2018, sudah kontrol. Kalau Pemdes doang, enggak diindahkan," tutur Midi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com