JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sebelumnya memperjuangkan status Fahri Fadilah Nur Rizki sebagai calon Bintara Polda Metro Jaya, anggota Komisi I DPR RI Fraksi Nasdem Hillary Brigitta akhirnya berubah haluan.
Hillary kini mengakui bahwa proses seleksi yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya telah sesuai prosedur, sehingga Fahri harus legawa menerima keputusan bahwa dirinya tidak bisa melanjutkan pendidikan sebagai anggota polisi.
Awal pekan lalu, Hillary melalui akun Instagram pribadinya, mengunggah video Fahri yang mengaku telah "digagalkan" polisi untuk mengikuti pendidikan. Padahal, ia berada di peringkat 35 dari 1200 calon Bintara.
Polisi mengklarifikasi bahwa Fahri belakangan diketahui menderita buta warna parsial, sehingga ia tidak bisa melanjutkan pendidikan sebagai anggota polisi.
Hillary pun mengunggah hasil tes buta warna tandingan yang dikeluarkan dua rumah sakit berbeda atas nama pasien Fahri Fadilah Nur Rizky. Fahri dinyatakan tidak buta warna di dua rumah sakit tersebut.
"Saya berharap agar diagnosis pembanding ini dapat dipertimbangkan, karena di dunia kesehatan sangat disarankan untuk mencari second opinion," tulisnya.
Beberapa hari berselang, Hillary kemudian mengunggah pernyataan lain yang mengatakan bahwa polisi telah melakukan proses seleksi sesuai prosedur.
Fahri disebut bisa melalui tes buta warna dengan baik saat tes tandingan dilakukan karena ia telah menjalani terapi.
"Hasil terapi Fahri untuk menyembuhkan buta warna parsial yang dialaminya dulu mungkin sudah sangat membantu, tetapi belum memenuhi syarat dan standart kepolisian untuk mengijinkan ia turun lapangan karena masih terlihat agak berpikir keras ketika diminta menjawab walaupun jawabannya benar".
Ia pun memahami alasan polisi tidak bisa meloloskan Fahri ke tahap selanjutnya, demi keselamatan Fahri di kemudian hari.
Baca juga: Fahri Fadilah Sempat Lolos Tes Buta Warna dalam Seleksi Bintara Polda Metro karena Terapi
"Apabila benar Fahri buta warna, tentu demi keadilan ia tidak direkomendasikan untuk ikut pendidikan, demi keselamatan nyawanya khususnya dalam resiko tugas lapangan".
Hillary pun mengatakan bahwa ia telah menawarkan beasiswa pendidikan untuk Fahri, yang bisa ia gunakan untuk menempuh pendidikan di dalam ataupun luar negeri.
Menurut Hillary, dia dan timnya sudah melakukan penelusuran ke pihak keluarga dan juga ke kepolisian untuk mengungkap apakah ada kecurangan dalam setiap tahapan seleksi calon polisi itu.
Dari situ, Hillary menyebut bahwa seluruh berjalan sesuai prosedur dan tidak ditemukan bukti-bukti kecurangan sebagaimana kecurigaan sejumlah pihak.
"Tidak terdapat bukti kecurangan disana seperti yang di tuduhkan sebagian pihak selama ini menurut pengamatan saya," kata Hillary.
"Potensi Fahri benar-benar buta warna parsial memang cukup besar, terlepas dari hasil diagnosa pembanding di rumah sakit lain. Dan tentunya tidak adil apabila saya tidak mengambil posisi netral," sambungnya.
Sebagai informasi, Fahri menjadi perbincangan hangat setelah membuat video pengakuan tentang kegagalannya berangkat menempuh pendidikan meski sebelumnya lolos tes calon Bintara Polri 2021 Polda Metro Jaya.
Dalam video tersebut, Fahri mengaku telah lolos tes seleksi calon Bintara dan menduduki peringkat 35 dari total 1.200 peserta.
"Saya siswa Bintara Polri yang digagalkan ketika mau berangkat pendidikan. Saya sudah lulus terpilih, ranking saya 35 dari 1.200 orang dari Polda Metro Jaya," ujar Fahri seperti dikutip dari video tersebut, Senin.
Namun, kata Fahri, nama dirinya dalam daftar calon mendadak hilang dan berganti nama orang lain beberapa hari menjelang waktu pendidikan.
"Ketika mau berangkat pendidikan nama saya digantikan oleh orang yang telah gagal (seleksi). Saya mohon kebijaksanaannya Bapak Presiden Joko Widodo dan Bapak Kapolri," ungkap dia.
Terkait hal itu, Zulpan membantah bahwa Fahri sengaja digagalkan dan posisinya digantikan oleh orang lain.
"Polda Metro Jaya merespons dan tidak antikritik dengan pernyataan calon siswa tersebut," ujar Zulpan kepada wartawan, Senin.
Baca juga: Tes Mata di 2 RS, Calon Bintara Polda Metro yang Mengaku Digagalkan Dinyatakan Tak Buta Warna
Menurut Zulpan, Fahri sudah tiga kali mendaftarkan diri sebagai calon siswa bintara di Polda metro Jaya sejak 2019 hingga 2021.
Tetapi, pemuda itu tidak lolos dalam seleksi tahun 2019 dan 2020 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat.
"Pada 2021, Fahri Fadilah Nurizki telah dinyatakan lulus tahap 1 tahun anggaran 2022. Namun, setelah itu berdasarkan surat dari Mabes Polri, sebelum para peserta mengikuti pendidikan ada kegiatan supervisi," tutur Zulpan.
Pada saat supervisi tersebut, kata Zulpan, Fahri kembali dinyatakan tidak memenuhi syarat karena menderita buta warna parsial.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan oleh tim medis dari Biddokkes Polda Metro Jaya, dan disaksikan oleh Kabid Propam serta Sekretariat SDM Polda Metro Jaya.
"Hasilnya buta warna parsial ini yang membuat yang bersangkutan tidak bisa mengikuti pendidikan, karena ini syarat mutlak," ungkap Zulpan.
"Untuk anggota Polri adalah harus tidak buta warna ini syarat utama dari sisi kesehatan yang harus dipahamkan," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.