Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Pekerja Perempuan Dikesampingkan karena Cuti Melahirkan 6 Bulan, Warga Harap RUU KIA Lindungi Hak Perempuan dalam Bekerja

Kompas.com - 20/06/2022, 14:30 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Mayoritas perempuan mendukung perpanjangan cuti melahirkan menjadi enam bulan, sesuai usulan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA).

Akan tetapi, dikhawatirkan nantinya akan berdampak menjadi diskriminasi bagi para pekerja dan pencari kerja perempuan.

Kekhawatiran tersebut diungkapkan Pramita, warga Tangerang Selatan.

Baca juga: Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Warga: Waktu Bersama Anak Lebih Lama dan Fokus Berikan ASI

 

Menurut ibu satu anak ini, perusahaan bisa menjadi lebih prioritas merekrut pekerja laki-laki saja dan atau perempuan yang belum menikah.

"Seperti posisi costumer service di mal, ada kebijakan merekrut perempuan dan laki-laki belum menikah. Ketika suatu hari dia menikah, maka kontrak diputus. Ada pula yang diperbolehkan menikah, tapi ketika sudah melahirkan, harus resign. Itu kejadian sama teman-teman saya yang memutuskan kerja di pelayanan publik swasta," ujar Pramita kepada Kompas.com, Senin (20/6/2022).

Oleh karena itu, ia berharap di dalam RUU KIA diatur juga mengenai perlindungan bagi pekerja perempuan.

"Itu hal-hal yang sudah terjadi, justru harapannya RUU KIA ini bisa mengatur dan melindungi pekerja perempuan," lanjut dia.

Pramita mengaku mendukung masa cuti melahirkan menjadi enam bulan agar ibu pekerja bisa berfokus pada program ASI eksklusif di 1.000 hari kehidupan anak.

Baca juga: Soal Cuti Melahirkan 6 Bulan, Wali Kota Tangerang: Saya Riset Dulu

"Kalau saya ngelihat sebagai seorang wanita ya, usulan itu bagus banget. Malah pemerintah/DPR telat banget ngusulin hal ini. Karena perusahaan swasta besar di Indonesia sudah ada yang memberlakukan kebijakan cuti enam bulan untuk melahirkan," kata dia.

Ia menilai, dengan begitu pemerintah ikut andil dalam menyukseskan dan mendukung program ASI eksklusif 6 bulan.

Senada dengan Pramita, warga lainnya, Irma juga mendukung agar aturan tersebut segera direalisasikan.

Menurut dia, waktu cuti tiga bulan terasa sangat singkat bagi para ibu pekerja yang baru saja melahirkan.

Sehingga, waktu yang ideal untuk ibu pekerja cuti adalah selama enam bulan.

Baca juga: Dukungan Mengalir untuk Cuti Melahirkan 6 Bulan, Demi Lancarnya Pemberian ASI Ekslusif

"Karena kita bisa tinggal anak saat masa MPASI-nya, jadi kita enggak lewatin momen kita di masa 6 bulan pertama. Momen ini yang sulit kita gapai kalau kita kehilangan masa-masa awal ngurus anak," kata Irma.

Menurut dia, para pekerja dan pencari kerja tidak usah khawatir dengan aturan ini.

Yang terpenting, sebagai perempuan harus meningkatkan kemampuan kinerja agar terus dipercaya untuk bekerja.

"Kalau kinerjanya bagus pasti akan dicari itu namanya wanita, kalau kerjanya enggak bagus,perusahaan juga males mempekerjakannya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com