JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah 2,5 tahun beroperasi, pengguna LRT Jakarta masih relatif sepi dan jauh dari target awal.
Bahkan manajemen LRT Jakarta masih harus menggelar berbagai kegiatan promosi guna menarik minat pengunjung untuk menggunakan moda kereta ringan itu.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai, masih sepinya peminat LRT Jakarta ini disebabkan kajian awal terkait penentuan rute yang tidak tepat.
"Sejak awal rute/koridor LRT tidak didukung kajian target penumpang yang tepat, dari mana dan mau kemana mereka, harusnya disesuaikan dengan kebutuhan mobilitas warga apakah membutuhkan LRT atau tidak," kata Nirwono kepada Kompas.com, Kamis (11/8/2022).
Baca juga: Hadirkan Wahana Zombi Train to Apocalypse, LRT Akui untuk Genjot Jumlah Penumpang
Nirwono menilai rute LRT Jakarta yang membentang dari Kelapa Gading sampai ke Velodrome Rawamangun tidak strategis untuk menjaring banyak penumpang.
Rute itu juga terlalu pendek, dengan panjang total 5,8 kilometer.
Rute/koridor LRT harusnya merupakan jalur yang memiliki target banyak penumpang. Istilahnya jalur daging, bukan tulang, misal melewati kawasan permukiman, perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan, sehingga kehadiran LRT memang dibutuhkan oleh masyarakat," kata dia.
Nirwono pun menilai pemerintah harus melakukan penataan ulang kawasan di sepanjang koridor LRT guna menarik lebih banyak warga ibu kota yang mau menggunakan moda transportasi itu.
Penataan itu misalnya bisa dilakukan dengan merevitalisasi trotoar dan JPO dari kawasan permukiman ke stasiun LRT terdekat.
Selain itu, integrasi juga bisa dilakukan dari stasiun ke seluruh bangunan perkantoran atau pusat perbelanjaan.
"Terakhir, integrasi antara stasiun dengan halte bus Transjakarta juga harus terus dimaksimalkan," ujar Nirwono.
Baca juga: Tarif Integrasi Berlaku, Cukup Bayar Sekali saat Naik Transjakarta, MRT dan LRT
Nirwono pun menekankan bahwa sepinya LRT Jakarta ini harus menjadi bahan evaluasi terhadap seluruh rute LRT yang sedang dan akan dibangun pemerintah.
"Jika tidak menjanjikan, maka sebaiknya rute LRT yang masih dalam tahap rencana ditunda/dibatalkan, sedangkan yang sudah terlanjur dibangun harus segera dicarikan sumber-sumber calon penumpang LRT tersebut," katanya.
PT LRT Jakarta sebelumnya mengakui masih berupaya menggenjot jumlah penumpang, salah satunya melalui wahana Train to Apocalypse bekerjasama dengan Pandora Box.
Train to Apocalypse terinspirasi dari film Train to Busan yang dirilis tahun 2016. Pengguna atau warga disuguhkan wahana hiburan teatrikal menghadapi zombi di stasiun hingga gerbong.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.