Patung memikat mata dan hati ini bermedium copper dan brass berukuran 530x165x330cm dengan karkater khas seolah patung bergerak dan “mencabik-cabik rasa” berwarna kebiruan gelap.
Karya cukup besar itu mengajak pemirsa mencari dan menyelami kehidupan masing-masing, misteri manusia dan hidup bersisihan meruyak benak.
Karya membawa kita seolah menyusuri menumpang kereta ingatan dan tetiba narasi wabah Covid-19 mendera pun belum tuntas sirna.
Nuarta mengajak kita tetap melaju dengan lokomotif harapannya. Patungnya seakan berisik bergerak-berderak, lokomotif Nuarta dan daya hidup energi di sana mengajak memandang masa depan.
Penulis jadi ingat, sejumput teori-teori seni lawas dan hakikat karya seni mengada, yang selalu menengok pada diri dan reflektif antara pertarungan abadi antara rasa dan nalar.
Bukankah seni dicipta atas dialog-diri tak habis-habis dari yang intuitif dan yang bernalar?
Tapi, jangan-jangan jika pematung atau seniman memang berbakat menjadi seorang perenung atau bahkan filsuf, dengan membawa pengetahuan pengalaman sangat internal dalam proses mengendapkan diri, mengeksekusinya dengan karya serta menyebarkan pada orang lain?
Mungkin benar atau tidak tak lagi penting, sebab perasaan saya membawa pada karya M.Yatim, pelukis senior ini yang suntuk berkarya di Medan, Sumatera dan sesekali menampakkan dirinya di acara-acara lelang dan pameran-pameran seni di Jakarta.
Seperti pernyataanya pada penulis bahwa pengalaman-pengalaman empirik personal yang tersublimasi adalah esensi dalam karya-karyanya.
“Warna merah pada ikan-ikan membawa kekuatan besar dalam mimpi-mimpi saya. Mereka mengajak pun menguak ambang bawah sadar, dan segera kesadaran saya tersedak dan pulih; mencernanya tatkala terbangun pagi hari” ujar M Yatim.
Ia mengalami puluhan kali, usai terjaga; sejak puluhan tahun lampau memberinya tekad, mengobsevasi secara otodidak kenapa warna merah membawa keberuntungan?
Kenapa juga ajaran di Taoisme pun masyarakat etnik Tiong-Hwa memercayainya dengan totalitas?
M. Yatim kemudian menemukan bukti-bukti, bahwa ikan-ikan di lautan membawa kekhususan ”cahaya-merah” hanya pada ikan tertentu dari bahkan semiliar ikan yang ada di lautan.
Lukisan karya M Yatim yang tampil di Art Jakarta berjudul Welcoming Luck 88 Red Fish, tahun 2022 yang digarap dengan cat minyak di kanvas dengan ukuran 150x290cm.
“Karya saya itu menggambarkan segerombolan ikan menuju cahaya terang di kedalaman laut; berkah dari Tuhan telah memberi ruang besar pada ikan-ikan merah,” tutur M Yatim.