Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Buruh "Rindu" Tangisan Puan Maharani di Tengah Demonstrasi Kenaikan Harga BBM di Depan Gedung DPR

Kompas.com - 07/09/2022, 07:05 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sindiran kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani terdengar dalam riuh rendah demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Sindiran kepada Puan itu dilontarkan oleh Koordinator Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bekasi, Gunarto, saat berorasi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (6/9/2022).

Gunarto menyampaikan, Puan dan sejumlah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sempat menangis ketika terjadi kenaikan harga BBM pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun, kini Gunarto mempertanyakan keberadaan tangisan dan air mata saat itu yang tak kunjung muncul di tengah gelombang penolakan kenaikan harga di DPRD kali ini.

Baca juga: Kenaikan Harga BBM: Dari Argumentasi hingga Dampaknya bagi Ekonomi

Momen Air Mata Puan dan Megawati Berlinang pada Era SBY

Momen ketika Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani menangis sebagai reaksi atas keputusan pemerintah pada 2008 kembali disorot.

Saat itu, Megawati dan Puan secara terpisah menyampaikan protes dan menangis terkait kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menaikkan harga bahan bakar minyak pada 14 tahun lalu.

Ketika opsi menaikkan harga BBM masih berupa wacana, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin Megawati Soekarnoputri bereaksi keras dengan menolak rencana itu.

"Banyak rakyat lapar karena tingginya angka kemiskinan, tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik," ujar Megawati dengan suara parau karena menahan tangis.

Bahkan, beberapa petinggi elite partai berlambang banteng moncong putih itu juga ikut menitikkan air mata saat mendengarkan pidato Megawati.

Baca juga: Sindir Puan Maharani di DPR, Buruh: Dulu Menangis Saat Harga BBM Naik

Secara terpisah, Puan Maharani yang merupakan anak Megawati dan saat itu menjadi anggota DPR ikut menitikkan air mata saat menyampaikan pidato dalam sidang paripurna.

Ketika itu sejumlah anggota DPR fraksi PDI-P kompak mengenakan setelan pakaian hitam-hitam, termasuk Puan. Selain Puan, sejumlah politikus PDI-P turut menitikkan air mata dalam rapat paripurna DPR.

Hilangnya Tangisan Puan

Gunarto mempertanyakan keberadaan tangisan dan air mata saat itu yang tak kunjung muncul di tengah gelombang penolakan kenaikan harga di DPRD kali ini.

Namun demikian, kata Gunarto, kini Puan tak lagi memberikan respons terhadap kenaikan harga BBM. Dia menyayangkan sikap Puan yang saat ini seolah tak lagi berpihak kepada rakyat dan tidak mendengarkan aspirasi para buruh.

"Hari ini kami cari, hari ini kami ingin minta statement-nya, apa statement dia terhadap kenaikan BBM ini kepada rakyat? Apakah akan nangis-nangis lagi atau bagaimana," kata Gunarto.

Padahal, kata Gunarto, tangisan itu juga pernah muncul pada rapat paripurna yang digelar pada 2013. Saat itu Puan menyatakan dengan tegas sikap partainya untuk menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.

Baca juga: Saat Ribuan Buruh Berkumpul di DPR, Sindir Para Wakil Rakyat yang Bergeming soal Kenaikan BBM

"Harga BBM bersubsidi itu tidak perlu dinaikkan. Kami akan perjuangkan di rapat paripurna ini," kata Puan sebelum rapat paripurna DPR, Jakarta, Senin (17/6/2013).

Kini, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan kenaikan harga pertalite, solar, dan pertamax per Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB. Harga pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.

Kemudian solar bersubsidi naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Selain itu, pemerintah juga mengumumkan kenaikan harga pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

(Penulis: Tria Sutrisna | Editor: Aryo Putranto Saptohutomo, Kristian Erdianto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com