JAKARTA, KOMPAS.com - Terik matahari di atas kepala menyoroti sebuah lokasi yang sangat ramai dengan pengunjung di Jalan Tebet Timur Raya Nomor 1D, Jakarta Selatan, Selasa (6/9/2022).
Sejumlah orang mengantre di dalam ruangan di mana sebuah kaca etalase berdiri. Mereka, baik perempuan maupun laki-laki, berbaris rapi di depan etalase tersebut untuk memesan makanan.
Orang-orang ini rela mengantre untuk merasakan lezatnya masakan di Warung Tegal (Warteg) Warmo.
Para pelanggan sabar menunggu giliran dilayani oleh tiga karyawan dari Warteg Warmo yang berdiri di sisi lain etalase berbentuk letter "L" itu. Bilik-bilik kaca itu dipenuhi sejumlah lauk pauk.
Suara gemuruh pembeli terdengar sahut-menyahut saat mereka dilayani beberapa karyawan Warteg Warmo.
"Saya pakai terong, sayur sop, perkedel. Minumnya, es teh manis," demikian kalimat yang terdengar dari salah satu pembeli saat memesan lauk di warteg tersebut.
Baca juga: Unjuk Rasa Memanas di Patung Kuda, Mahasiswa Saling Dorong dengan Petugas Kepolisian
Di ujung ruangan yang luasnya tak lebih dari 15 meter persegi itu ada seorang perempuan yang tampak sibuk melihat ponselnya yang tak henti berdering.
Perempuan yang mengenakan baju batik dan kerudung hitam itu adalah Saryo, istri dari pemilik Warteg Warmo. Ia terjun langsung di warung untuk membantu karyawan melayani pembeli secara online.
Saryo dan suaminya merupakan generasi kedua dari pemilik Warteg Warmo. Dia menceritakan, awalnya warteg itu dirintis mertuanya sejak tahun 1969.
Warung makan itu semula berada di sekitaran Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Saat itu jualannya menggunakan meja dan piring yang menjadi wadah lauk. Kini, pilihan lauk ditaruh di dalam baki besi.
"Jadi awal yang mendirikan itu bapak (mertua), bukan saya. Saya kan anaknya, generasi kedua. Nah untuk nama warmo itu adalah warung mojok, karena lokasi berada di pojok," kata Saryo.
Baca juga: Minta Bertemu Presiden Jokowi, Peserta Unjuk Rasa Terobos Kawat Berduri
Sejak awal buka, Warteg Warmo itu beroperasi selama 24 jam. Tujuannya, saat itu hingga kini masih sama, yaitu melayani masyarakat yang lapar di tengah malam.
Terlebih di awal Warteg Warmo berdiri, belum banyak rumah makan yang menjadi pesaing.
"Ya dagang pertama yang kecil-kecilan. Cuma kan jaman dulu belom ada warung makan, tambah ke sini tambah rame," ucap Saryo.
Para karyawan Warteg Warmo bergantian untuk melayani pembeli yang selalu datang silih berganti.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.