JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan menyesalkan aksi pasangan artis Baim Wong dan Paula Verhoeven yang membuat konten prank laporan palsu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Alih-alih membuat konten prank, kata Komnas Perempuan, Baim-Paula diharapkan membuat konten mendidik terkait upaya pencegahan kekerasan.
"Sebagai bagian dari tanggung jawabnya atas insiden, kami menyarankan agar BW dan P tidak mengulang hal serupa. Diharapkan mereka dapat membuat konten yang lebih mendidik dengan mengacu pada penghormatan atas kemanusiaan," kata Ketua Subkom Partisipasi Masyarakat Komnas Perempuan Veryanto Sitohang kepada Kompas.com, Rabu (5/10/2022).
Baca juga: Kecam Konten Prank Baim dan Paula, Komnas Perempuan: KDRT jadi Candaan, Tak Empati ke Korban
Lebih khusus, Veryanto berharap pasangan artis tersebut membuat konten terkait pencegahan kekerasan terhadap perempuan terutama yang terjadi dalam rumah tangga.
"Komnas Perempuan menyarankan agar BW dan P membuat konten yang mendidik terkait bagaimana cara mencegah kekerasan terhadap perempuan, khususnya KDRT," kata dia.
Selain itu, Baim-Paula juga diharapkan memanfaatkan popularitasnya untuk membantu lembaga layanan pendamping kasus kekerasan.
"Juga membantu lembaga layanan yang mendampingi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan melalui keuntungan yang diperolehnya dari konten-konten yang dihasilkan," harap Veryanto.
Baca juga: Baim Wong dan Paula Bakal Diperiksa Polisi Terkait Prank Laporan KDRT pada 7 Oktober 2022
Veryanto menilai, sebagai figur publik, Baim dan Paula tidak layak membuat konten laporan KDRT palsu. Sebab, konten tersebut rentan ditiru oleh pembuat konten lainnya.
"Di sisi lain, konten tersebut dikhawatirkan rentan ditiru oleh kreator konten lainnya termasuk masyarakat umum yang mengidolakan mereka," ungkap dia.
Veryanto menilai, tindakan prank tersebut merupakan bentuk menjadikan KDRT sebagai bahan candaan. Baim-Paula juga dinilai tidak berempati terhadap korban KDRT.
"Ini merupakan bentuk penyangkalan dan menjadikan pengalaman korban sebagai bahan candaan. Mereka tidak berempati terhadap korban," tegas Veryanto.
Baca juga: Pelapor: Kalau Kasus Prank KDRT Baim Wong Berakhir Damai, Rakyat Kecewa
Bahkan, tindakan Baim dan Paula dianggap dapat menghambat para korban melaporkan kasus KDRT yang dialami kepada polisi.
Lebih jauh, ia berharap konten keduanya tidak memberi dampak buruk bagi masyarakat.
Dari kasus ini, ia berharap masyarakat dapat lebih memberikan empati terhadap korban KDRT.
"Empati dan dukungan ini akan membantu proses pemulihan korban," pungkas Veryanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.