Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Indrawienny Panjiyoga mengatakan, dalam skenario yang dibuat Rudolf, mereka akan membuat konten promosi podcast berupa adegan penculikan.
Baca juga: Polisi Ungkap Motif Rudolf Tobing Habisi Nyawa Korbannya, Ada Dendam yang Terakumulasi sejak 2015
”Pelaku mengikat korban dengan kabel ties dan ini disetujui korban. Tanpa adanya kepercayaan, korban tidak mungkin menuruti keinginan pelaku,” tutur Panjiyoga.
Namun alih-alih membuat konten promosi, kesempatan itu malah digunakan Rudolf untuk mencecar Icha dengan sejumlah pertanyaan terkait hubungannya dengan H.
"'Kamu akan ada di kubu mana? Saya atau H?' Dan dijawab korban, 'Di bagian kamu'," kata Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Indrawienny Panjiyoga mengulang pengakuan Rudolf.
Pertanyaan itu adalah sebagai bentuk klarifikasi keberpihakan korban, apakah korban berpihak kepada pelaku atau berpihak kepada H yang dianggap musuh oleh pelaku.
Pertanyaan demi pertanyaan berakhir panas hingga membuat Rudolf melakukan kekerasan fisik, seperti menampar wajah.
Tidak hanya kekerasan fisik, Rudolf meminta transfer uang yang nilainya puluhan juta rupiah kepada Icha.
Baca juga: Polisi: Rudolf Tobing Punya Trauma akibat Sering Dipukuli Saat Kecil, Emosinya Meledak-ledak
Bahkan Rudolf meminta agar keluarga Icha mentransfer uang untuk kemudian dikirim kepadanya.
”Pelaku berbicara dengan korban ’kamu harus membantu saya dengan cara kamu memberikan saya sejumlah uang. Bantu saya menghabisi nyawa H’,” kata Panji.
Skenario berakhir dengan Rudolf mencekik Icha hingga meregang nyawa.
Tubuh Icha kemudian dibopong ke dalam keranjang barang dorong (trolley) yang dipinjam dari pengelola apartemen.
Sejumlah rekaman CCTV menangkap gestur tenang dan senyuman di wajah Rudolf saat mendorong keranjang barang yang berisi jasad Icha.
Reza Indragiri Amriel, psikolog forensik, mengatakan, pemeriksaan psikologis penting untuk mengobservasi motif dan perilaku dari Rudolf.
Baca juga: Rudolf Tobing Sempat Bantah Membunuh, Sebut Korban Meninggal karena Asma
"Ada luapan emosi tertentu, mungkin marah, benci, sakit hati dendam. Tetapi tidak bisa disalurkan ke obyek atau target yang sesungguhnya,” kata Reza kepada harian Kompas, Minggu 24/10/2022).
Akibat tidak tersalurkannya emosi pada target, orang seperti Rudolf bisa melampiaskan ke target pengganti.