Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Efek Domino Imbas Kisruh Festival "Berdendang Bergoyang"

Kompas.com - 04/11/2022, 10:01 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) khawatir turut terdampak efek domino sehingga kesulitan mendapat izin menggelar acara musik dalam waktu dekat.

Sebab, setelah polisi mencabut izin penyelenggaraan "Berdendang Bergoyang Festival" hari ketiga lantaran diduga terjadinya ketidakprofesionalan penyelenggaraan, polisi juga tidak menerbitkan perizinan untuk konser Dewa 19 dalam waktu dekat ini.

Baca juga: Belum Keluarkan Izin Konser Dewa 19, Polisi Akui Tak Siap Hadapi 70.000 Penonton

Sekjen APMI Emil Mahyudin mengatakan beredar isu bahwa festival musik yang akan digelar dalam waktu dekat ini terancam batal.

"Iya, betul. Kondisinya kurang lebih seperti itu (festival musik terancam batal). Kita sekarang lagi di dalam situasi penuh ketidakpastian," kata Emil saat ditemui di kawasan Blok M, Jakarta Selatan pada Kamis (3/11/2022).

Akibatnya, hampir semua promotor festival musik dan acara merasa gundah atas ketidakpastian tersebut.

"Apakah event itu boleh jalan? Kalau pun boleh, bagaimana? Apakah tidak boleh jalan? Apakah boleh indoor? Apakah boleh outdoor? Apakah boleh sampai jam 12 malam? Sekarang itu lagi penuh ketidakpastian," ujar Emil.

Baca juga: Belum Izinkan Konser Dewa 19, Polda Metro Berkaca pada Itaewon dan Berdendang Bergoyang

Kerugian besar

Ketua Umum APMI, Dino Hamid mengatakan jika sampai sebuah konser diundur atau bahkan tidak terlaksana, maka kerugian yang dialami akan sangat besar.

"Kalau sampai izin bermasalah lagi, sangat besar dampaknya. Jika acara itu bisa tidak terlaksana atau diundur, yang pasti promotor mengalami kerugian," kata Dino di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis.

Kerugian itu tidak bisa dihindari lantaran promotor musik sudah membayar sejumlah keperluan acara pada tanggal yang telah dijadwalkan.

"Kerugian besar karena promotor sudah lakukan booking fee, down payment, mungkin juga ada penonton yang sudah melakukan transaksi presale tiket. Jadi dampaknya sangat luar biasa," ungkap Dino.

Baca juga: Polda Metro Akui Belum Bertemu Penyelenggara Konser Dewa 19 untuk Bahas Teknis Pengamanan

Berupaya event tetap terlaksana

Oleh karena itu, Dino menyebut, para promotor tengah berjuang agar acara konser musik yang akan berlangsung dalam waktu dekat, mendapat perizinan dan tetap terlaksana.

"Makanya kami berjuang supaya event-event ke depan dapat terlaksana," pungkas Dino.

Dino pun berharap pihak berwenang tidak "menghukum" semua promotor hanya karena kesalahan satu panitia penyelenggara konser musik.

"Jangan sampai karena ada satu kesalahan, tapi yang terhukum itu kami semua," harap Dino.

Baca juga: Kisruh Berdendang Bergoyang, Berujung Ditundanya Konser Dewa 19 di JIS

Dino menyebutkan, kesalahan penyelenggaraan suatu konser diharapkan dapat diperbaiki dan menjadi pembelajaran bagi penyelenggara acara lainnya.

"Jadi kami itu ingin yang salah diperbaiki, harapannya jangan dihukum, tapi diperbaiki. Dan kami semua bertanggung jawab terhadap semua yang kami rencanakan, terutama terkait CHSE dan safety procedure," sebut Dino.

Sementara itu, Emil menegaskan, pergelaran festival dan konser musik di Indonesia saat ini secara umum selalu aman.

Ia pun meminta pengelolaan suatu konser yang bermasalah tidak disamaratakan dengan konser-konser lainnya.

"APMI menyatakan bahwa dunia konser dan festival musik ini baik-baik saja. Meski ada memang beberapa kejadian yang perlu diperbaiki, tapi jangan digeneralisir," ungkap Emil.

Baca juga: Menanti Siapa yang Patut Bertanggung Jawab atas Kekacauan Festival Berdendang Bergoyang...

Festival Berdendang Bergoyang dihentikan

Diberitakan sebelumnya, Polres Metro Jakarta Pusat mencabut izin penyelenggaraan Berdendang Bergoyang Festival hari ketiga pada Sabtu (29/10/2022).

Festival musik itu diberhentikan diduga karena ketidakprofesionalan panitia penyelenggara dalam pengelolaan acara.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin mengungkapkan, ada lebih dari 21.000 pengunjung hadir pada acara Berdendang Bergoyang.

Komarudin mengatakan, jumlah tersebut berbeda dari apa yang pihak penyelenggara mohonkan kepada kepolisian sebelum terbitnya surat perizinan.

Sedangkan, kapasitas untuk hall Istora Senayan berjumlah 8.000 orang.

Baca juga: Kasus Kisruh Festival Berdendang Bergoyang Naik ke Penyidikan, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

Nasib konser Dewa 19

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan sebelumnya mengungkapkan alasan belum mengeluarkan perizinan konser Dewa 19.

Alasannya, persiapan pengamanan dari panitia penyelenggara maupun yang akan diberikan oleh kepolisian, dikhawatirkan belum optimal.

"Itu untuk mempersiapkan pengamanan yang lebih baik, karena dengan waktu yang mepet ini kami tidak ingin nanti persiapan keamanan tidak optimalnya," ujar Zulpan, Kamis.

"Keselamatan bagi penonton juga dipertimbangkan. Karena dikhawatirkan nanti akan ada korban, dengan jumlahnya penonton yang cukup banyak, sehingga minta dimundurkan," sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com