Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Rel Trem Zaman Belanda dan Perkembangan Transportasi Publik di Jakarta dari Masa ke Masa

Kompas.com - 17/11/2022, 17:35 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Jakarta belakangan dibuat ramai dengan temuan rel trem yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di area proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) fase 2A. Rel tersebut ditemukan di Jalan Pembangunan I, Gambir, Jakarta Pusat.

Kala itu, pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan trem sebagai sarana transportasi massal masyarakat kota Jakarta yang dulu bernama Batavia.

Sebelum adanya jaringan trem, transportasi di Jakarta didominasi oleh delman dan sepeda yang lalu-lalang hampir di setiap sudut kota. Ketika itu belum ada sarana transportasi publik dalam kota yang mampu mengangkut orang dalam jumlah besar. Belum banyak pula masyarakat yang memiliki mobil dan sepeda motor pribadi.

Baca juga: Kokohnya Rel Trem Kuno Peninggalan Belanda yang Ditemukan di Lokasi Proyek MRT...

Lambat laun, Belanda mulai memperkenalkan trem sebagai sarana transportasi publik. Trem pertama yang dioperasikan di jalanan Batavia ialah trem yang ditarik oleh kuda. Trem itu mulai beroperasi pada 1869.

Trem generasi awal yang ditarik kuda hanya terdiri dari satu gerbong kecil. Bentuknya belum menyerupai kereta seutuhnya. Trem itu lebih mirip seperti delman. Bedanya, ia berjalan di atas jaringan rel besi. Rutenya ialah dari Kota Lama menuju ke Weltevreden atau kini dikenal dengan Jalan Medan Merdeka

Seiring berkembangnya teknologi, pada 1881 trem kuda kemudian diganti menjadi trem uap yang dimiliki oleh perusahaan Stroomtram Mij. Bentuk trem uap sudah seperti kereta pada umumnya yang terdiri dari gerbong besar.

Trem uap memiliki rute yang sama seperti trem kuda. Bedanya, trem uap melanjutkan perjalanannya dari Weltevreden menuju ke Salemba dan berakhir di Meester Cornelis atau kini dikenal dengan Jatinegara.

Baca juga: Saat Rel Trem Kuno Peninggalan Belanda Ditemukan di Area Proyek Rel MRT...

Pada 1897, trem uap tergantikan oleh kehadiran trem listrik yang memiliki beberapa rute di antaranta Menteng-Kramat-Jakarta Kota; Senen-Gunung Sahari; dan Menteng-Merdeka Timur-Harmoni.

Di tahun 1960, Presiden Soekarno memutuskan untuk tak melanjukan operasional trem listrik sebagai transportasi massal di ibu kota. Ia menginginkan transportasi massal di Jakarta berbasis kereta bawah tanah. Era kejayaan trem pun berakhir.

Kendati demikian saat itu pemerintah tak mencabut jaringan rel trem listrik, melainkan hanya menibannya dengan aspal sehingga menjadi jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Alasannya, biaya pencabutan rel sangat mahal. 

Seiring dihapuskannya trem, transportasi massal di Jakarta pun berganti ke moda bus kota yang saat itu dioperasionalkan oleh Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD).

Transjakarta, LRT, dan MRT

Setelah puluhan tahun tak memiliki jaringan transportasi publik usai penghapusan trem, Jakarta mulai membangun jaringan transportasi massalnya pada 2004 dengan mengoperasionalkan Transjakarta.

Baca juga: Bantalan Rel Trem Peninggalan Belanda Terbuat dari Kayu Jati, Masih Kokoh Meski Berumur Seabad

Rute pertama yang dilalui Transjakarta koridor 1 ialah Blok M-Jakarta Kota. Transjakarta terus mengembangkan jaringannya hingga memiliki 13 koridor saat ini.

Adapun jaringan trem kala itu yang membentang dari Stasiun Kota, Harmoni, Lapangan Banteng, Stasiun Gambir, hingga ke Jatinegara menjadi jalur yang kini dilewati Transjakarta.

Seiring perkembangan zaman, Jakarta kini mulai menambah jaringan transportasi massal dalam kota beruapa light rail transit (LRT) dan MRT. Lewat pembangunan MRT Fase 2A inilah rel trem kuno era Belanda kembali ditemukan. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Massa Aksi 'May Day' Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Massa Aksi "May Day" Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Megapolitan
Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com