Mereka mengaku biasa menjual ke anak buah kapal (ABK), nelayan, atau kuli angkut harian di kawasan Tanjung Priok.
Baca juga: Kurir Tertangkap Basah Saat Asik Nyabu di Kampung Bahari, Nekat Lompat dari Lantai Dua untuk Kabur
Transaksi narkoba dilakukan di Kampung Bahari. Acap kali juga ganja atau "cimeng" yang dibeli dari Kampung Bahari langsung dihisap penggunannya di tempat.
Para pengedar mendapat pasokan dari sejumlah daerah, seperti dari Pulau Sumatera dan Cianjur, Jawa Barat.
Penangkapan dua warga Kampung Bahari itu bisa menjadi jalan masuk bagi polisi mulai menyadari munculnya sarang baru peredaran narkoba di Jakarta.
Satu tahun kemudian, yakni pada 8 November 2014, polisi pertama kali menggerebek Kampung Bahari. Polisi menangkap 36 orang serta menyita 300 gram sabu, 500 butir ekstasi, dan 2 kilogram ganja.
Baca juga: Polisi Kembali Obrak-abrik Kampung Bahari, Tangkap Pengguna yang Sedang Asik Nyabu
Jika penangkapan JN dan HR dihitung sebagai cikal-bakal Kampung Bahari menjadi "kampung narkoba", maka Kampung Bahari sudah terhitung menjadi sarang narkoba dalam delapan tahun.
Seorang pengurus RT mengatakan tak usah kaget jika saat melintas di Kampung Bahari ada yang bertanya hal-hal di luar dugaan.
"Jangan heran kalau ada warga yang iseng tanya, 'sudah ambil (beli narkoba)?',” ujarnya.
Bagi dia, peredaran narkoba di kampungnya sudah telanjur kuat dan mengakar. Warga bahkan hidup dan menjadikan narkoba sebagai mata pencarian.
Dengan kondisi seperti ini, lantas kapankah Kampung Bahari bisa terbebas dari narkoba?
(Kompas.com: Zintan Prihatini | Kompas: Stefanus Ato, Mukhamad Kurniawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.