Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wowon dkk Diduga Tutupi Jumlah Orang yang Telah Dibunuh, Ini Analisis Psikolog Forensik

Kompas.com - 24/01/2023, 05:20 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan orang disebut telah menjadi korban pembunuhan berantai Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan M Dede Solehuddin di Bekasi dan Cianjur, Jawa Barat.

Meski pengakuan pelaku berkata demikian, polisi masih akan melakukan pengembangan untuk mengetahui apakah masih ada korban ataupun pelaku lain.

Posko aduan pun dibuka penyidik di Cianjur, Jawa Barat, untuk menjaring para terduga korban penipuan atau bahkan pembunuhan berantai Wowon dkk.

Kecurigaan adanya korban lain yang belum terungkap juga diutarakan oleh psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel. Menurut dia, tindakan Wowon dkk bisa disebut residivis meski belum pernah bersentuhan dengan otoritas penegakan hukum.

Baca juga: Wowon si Pembunuh Berantai Punya 6 Istri: 3 Dibunuh, Sisanya Diceraikan

Wowon dicurigai masih tutupi fakta

Apabila para pelaku sudah disepakati sebagai residivis, Reza mengatakan, pola kejahatan pelaku, khususnya Wowon, bisa didalami dengan kajian risk/need assessment.

Menurut Reza, pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Wowon dkk sudah bisa dikatakan sebagai residivis mengingat mereka sudah berulang kali melakukan kejahatan tersebut.

Reza mengatakan seberapa jauh kemungkinan Wowon memiliki pola kepribadian antisosial dan berapa banyak pembunuhan yang sudah dilakukan tersangka bersama kawan-kawan perlu didalami.

"Dengan pertanyaan pola kepribadian antisosial pada diri tersangka Wowon, berapa banyak sesungguhnya pembunuhan yang sudah dilakukan tersangka bersama kawan-kawan," tutur Reza dalam penjelasan yang diterima Kompas.com, Senin (23/1/2023).

Baca juga: Polisi Telusuri Sumber Dana Rp 1 Miliar di Rekening Pembunuh Berantai Wowon dkk

Menurut Reza, pertanyaan itu patut diajukan karena Wowon dianggap sebagai seseorang yang diduga jadi punya kepribadian antisosial, pendusta, hingga manipulatif demi menutup-nutupi fakta, dan kejahatannya.

Diperkirakan ada 11 episode pembunuhan berseri

Berdasarkan hasil riset, kata Reza, pelaku pembunuhan berseri berjenis kelamin pria, pertama kali melakukan kejahatannya rata-rata pada usia 27 tahun. Reza menyebut setiap 35 bulan pembunuh berseri akan mengulangi perbuatannya.

"Karena ada data yang menunjukkan cooling of period atau masa jeda atau interval antar pembunuhan satu dan berikutnya berlangsung dalam kurun sekitar 34,5 bulan," tutur Reza.

Seandainya usia Wowon dkk sekitar 65 tahun dengan asumsi kejahatan pertamanya dilakukan pada usia 27 tahun dan berulang setiap 35 bulan, Reza memperkirakan setidaknya ada 10-11 episode pembunuhan yang dilakukan oleh Wowon dkk.

"Diperkirakan ada 10 sampai 11 tempat kejadian perkara (TKP) atau lubang tempat korban dibuang oleh Wowon. Silakan dicari oleh berapa lubang atau TKP lagi yang masih harus dicari keberadaannya," kata dia.

Baca juga: Usai Bunuh Keluarganya di Bekasi, Wowon Targetkan Bunuh Tetangga Solihin untuk Buang Sial

Wowon diduga masih incar korban lain

Rencana pembunuhan berantai oleh Wowon dkk diduga belum berakhir di Bantargebang, Bekasi, pada Kamis (12/1/2023).

Polisi menemukan lubang berukuran sekitar 60 x 90 sentimeter dengan kedalaman hampir dua meter di rumah Wowon, Cianjur, Jawa Barat.

Seorang tetangga bernama Yuyun Mulyani (62) mengatakan, saat sejumlah polisi datang beberapa waktu lalu dan menggali tanah di pinggir rumah Wowon, polisi lalu menemukan lubang tersebut.

"Polisi menemukan lubang juga di dalam rumah Pak Wowon, yang ditutupi keramik," kata Yuyun dilansir dari TribunJakarta.com, Senin (22/1/2023).

Berdasarkan beberapa keterangan warga dan kerabat istri Wowon, lanjut dia, lubang yang berada di kamar tersebut disiapkan untuk membunuh Iis Suryati dan kedua anaknya.

"Iya, katanya rencana istri dan anaknya juga akan dibunuh pada Rabu (25/1/2023) ini, dan dibuang ke lubang di kamar yang sudah disiapkan," kata Yuyun.

Baca juga: Rumitnya Silsilah Keluarga Pembunuh Berantai Wowon, Miliki 6 Istri hingga Nikahi Anak Tiri

Sementara itu, Dirreskrimum Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi membenarkan polisi menemukan sebuah lubang di dalam rumah pelaku pembunuh berantai itu.

"Terkait adanya jugaan itu bagian dari rencana pelaku untuk membunuh istrinya hingga saat ini kami masih melakukan penyelidikan," katanya.

Iis menikah dengan Wowon sejak 2005. Dari pernikahannya dengan Wowon, Iis memiliki dua anak. Iis Suryati pun mengaku tak pernah menaruh curiga kepada sang suami.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Sudah Buat Lubang Kubur, Wowon Diduga Target Istri Keempat yang Tak Pernah Curiga. (Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Jaisy Rahman Tohir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com