Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pungutan Tarif Layanan ERP, PDI-P DPRD DKI Sebut Kurang Elok, tapi...

Kompas.com - 26/01/2023, 19:31 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta menilai pemungutan tarif layanan jalan berbayar elektronik (electronic road pricing/ERP) tidak pantas diterapkan ketika Tanah Air sedang dibayang-bayangi resesi ekonomi.

Ketua Fraksi PDI-P Gembong Warsono menyebutkan, pemungutan tarif layanan itu bisa saja membebani warga.

Akan tetapi, peraturan ERP juga belum tentu diterapkan dalam waktu dekat.

"Rasanya kurang elok dalam situasi saat ini, kemudian kami membuat aturan yang membebani warga Jakarta, saya kira kurang elok," tegasnya, melalui sambungan telepon, Kamis (26/1/2023).

Baca juga: Tegaskan Belum Tentukan Sikap soal ERP, Fraksi PDI-P: Perdanya Saja Belum Dibahas...

"Tapi sekali lagi, itu (ERP) kapan mau diberlakukan?" lanjut Gembong.

Dia menyatakan, kepastian penerapan ERP akan tercantum dalam peraturan resmi soal jalan berbayar elektronik tersebut.

Adapun peraturan soal ERP secara umum tercantum dalam rancangan peraturan daerah (Raperda) Pengendalian Lalu Lintas Secara Elektronik (PL2SE).

Menurut Gembong, melalui Raperda PL2SE, ERP bisa jadi diterapkan 1-2 tahun ke depan.

"Kan ini, aturan itu akan dibuat untuk ke depan. Artinya mungkin (ERP baru diterapkan) setahun ke depan, dua tahun ke depan, kan kami belum tahu," urainya.

Baca juga: Gelombang Penolakan ERP di Jakarta, Massa Pengemudi Ojol Geruduk DPRD DKI

Ia menegaskan, Fraksi PDI-P akan meminta keterangan lebih lengkap berkait tarif layanan ERP hingga hal mendetail lainnya saat pembahasan Raperda PL2SE dilakukan.

Sebagai informasi, Raperda PL2SE kini masih disusun oleh Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Gembong mengeklaim fraksinya akan mendengarkan aspirasi warga terhadap sistem jalan berbayar elektronik.

"Percayalah, Fraksi PDI-P pasti akan menyuarakan apa yang menjadi suara hati rakyat Jakarta," tambahnya.

Untuk diketahui, gelombang penolakan terhadap sistem ERP mulai bermunculan.

Baca juga: Sederet Langkah Heru Budi Atasi Macet Jakarta: Tutup U-turn, Perbanyak Jalan Satu Arah, hingga Terapkan ERP

Terkini, pengemudi ojek online (ojol) yang menolak ERP diterapkan menggelar unjuk rasa di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Mereka bahkan mengancam tak memilih kembali anggota legislatif Jakarta yang mendukung ERP diterapkan saat pemilihan legislatif (pileg) 2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com