Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengendara Rubicon yang Aniaya Pria di Pesanggrahan Diduga Anak Pejabat Ditjen Pajak, Dikecam Sri Mulyani

Kompas.com - 22/02/2023, 16:52 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Mario Dandy Satriyo (20) yang diduga sebagai pelaku penganiayaan remaja berinisial D (17) disebut-sebut anak dari pejabat di Kementerian Keuangan.

Mario diduga menganiaya D (17) di Komplek Grand Permata Cluster Boulevard, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Senin (20/2/2023) sekira pukul 20.30 WIB.

Atas kejadian itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani angkat bicara. Dalam akun pribadinya, Sri mengatakan telah mendapatkan kejadian tersebut tadi malam.

Baca juga: Pengendara Rubicon yang Aniaya Pria di Pesanggrahan Diduga Anak Pejabat Ditjen Pajak, Polisi: Masih Kami Dalami

Buntut dari berita tersebut, Sri pun langsung mengeluarkan instruksi kepada jaran pejabat Kementerian Keuangan. Salah satunya, ia mengecam tindakan kekerasan dan penganiayaan itu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Sri Mulyani Indrawati (@smindrawati)

Sri berujar, ia juga mendukung penanganan hukum secara konsisten oleh instansi yang berwenang. Selain itu, Sri juga mengecam gaya hidup mewah yang dilakukan oleh keluarga jajaran Kemenkeu.

"Mengecam gaya hidup mewah yang dilakukan oleh keluarga jajaran Kemenkeu yang menimbulkan erosi kepercayaan terhadap integritas Kementrian Keuangan," tutur Sri dalam akun Instagramnya @smindrawati, dikutip Rabu (22/2/2023).

Gaya hidup mewah itu, kata Sri, juga bisa menciptakan reputasi negatif kepada seluruh jajaran Kemenkeu yang telah dan terus bekerja secara jujur, bersih, dan profesional.

Baca juga: Kronologi Penganiayaan Anak Pengurus GP Anshor oleh Pengendara Rubicon di Pesanggrahan

Sri melanjutkan, Kemenkeu terus melakukan langkah konsisten untuk menjaga integritas seluruh jajaran kementerian dengan menerapkan tindakan disiplin bagi mereka yang melakukan korupsi dan pelanggaran integritas.

Inspektorat Jenderal Kemenkeu, kata Sri, melakukan langkah sesuai aturan untuk penyelidikan jajaran yang ditengarai melanggar aturan.

"Kemenkeu terus melakukan tindakan disiplin sesuai aturan ASN (aparatur sipil negara) yang berlaku," tutur Sri.

Menurut Sri, kepercayaan publik adalah hal esensial dan fondasi yang harus dijaga bersama dan tidak boleh dikompromikan oleh seluruh jajaran Kemenkeu.

Seperti diketahui, pelaku penganiayaan yang diduga sebagai anak pejabat Ditjen Pajak itu terlihat mengendarai mobil Jeep Rubicon. Mobil ini sangat populer di kelas mobil sport pabrikan asal Amerika Serikat.

Baca juga: Sopir Rubicon yang Aniaya Pria di Pesanggrahan Jadi Tersangka dan Ditahan

Informasi yang menyebutkan bahwa MDS merupakan anak dari pejabat di Kementerian Keuangan juga beredar di media sosial Twitter.

Salah satu akun bernama @LenteraBangsaa_ menuliskan bahwa pelaku adalah anak seorang pejabat Eselon II di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

Akun itu diketahui juga mengunggah sejumlah foto dan video yang menunjukkan MDS kerap pamer harta berupa motor dan mobil mewah melalui sejumlah jejaring media sosialnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com